tag:blogger.com,1999:blog-87363299421339976212024-03-07T21:17:30.314-08:00Metodologi Pembelajaranirma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-64657504585667460682009-12-31T03:31:00.000-08:002009-12-31T04:01:06.071-08:00RPP Tematik Kelas 2ARencana Pelaksanaan Pembelajaran<br />(RPP)<br /> <br />Nama Sekolah : ..................................<br />Kelas : II (Dua)<br />Semester : I (Satu)<br />Tema : Diri Sendiri<br />Subtema : Aku dan Keluargaku<br />Hari/tanggal : Selasa, 22 Desember 2009<br />I. Kompetensi Dasar <br /> 1) Ilmu Pengetahuan Alam<br /> 1.1.Mengenal bagian-bagian utama hewa dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan<br /> 2) Bahasa Indonesia<br /> 1.1.Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek<br /> 3) Seni Budaya dan Keterampilan<br /> 1.1.Mengenal unsur rupa pada karya seni rupa<br /> 1.2.Menunjukkan sikap apresiasif terhadap unsur rupa pada karya seni rupa<br /> 1.3.Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif<br /> 1.4.Mengekspresikan diri melalui tehnik cetak ulang<br />II. Indikator<br /> 1) Ilmu Pengetahuan Alam<br /> 1.1.1. Mendaftar jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar<br /> 2) Bahasa Indonesia<br /> 1.1.1. Mendengarkan dan memahami isi teks bacaan dan jalannya cerita yang ada teks bacaan<br /> 1.1.2. Mendengarkan pembacaan puisi<br /> 3) Seni Budaya dan Keterampilan<br /> 1.1.1. Mengenal unsur rupa pada karya seni rupa<br /> 1.2.1 Menyebutkan nilai-nilai yang terdapat pada suatu karya seni rupa<br /> 2.1.1 Membuat karya seni rupa berupa gambar ekspresif<br /> 2.1.2 Membuat karya seni melalui cetak tunggal<br />III. Tujuan<br /> 1) Ilmu Pengetahuan Alam<br /> • Siswa mengetahui jenis-jenis hewan dan tmbuhan di sekitar rumah dan sekolah<br /> 2) Bahasa Indonesia<br /> • Siswa mampu menyimak isi teks yang dibacakan oleh guru<br /> • Siswa mampu memahami isi sebuah puisi yang diperdengarkan<br /> 3) Seni Budaya dan Keterampilan<br /> • Siswa mengenal unsur-unsur pada karya seni rupa<br /> • Siswa mampu menyebutkan nilai-nilai yang terkandung pada sebuah karya seni rupa<br /> • Siswa mampu membuat gambar ekspresif<br /> • Siswa mampu membuat karya seni melalui cetak tunggal<br />IV. Materi Pokok<br /> 1) Ilmu Pengetahuan Alam<br /> • Bagian-bagian utama hewan <br /> • Bagian-bagian utama tumbuhan<br /> • Jenis-jenis hewan<br /> • Jenis-jenis tumbuhan<br /> 2) Bahsa Indonesia<br /> • Bacaan/teks pendek <br /> • Gambar<br /> 3) Seni Budaya dan Keterampilan<br /> • Unsur-unsur karya seni rupa<br /> • Nilai yang terkandung pada sebuah seni rupa<br /> • Gambar ekspresif<br /> • Karya seni cetak tunggal<br />V. Alat/Sumber Buku<br /> 1) Ilmu Pengetahuan Alam<br /> • Gambar hewan dan tumbuhan<br /> • Gambar lain yang relevan<br /> • Buku paket IPA kela 2A<br /> • Lingkungan<br /> • Teman<br /> 2) Bahasa Indonesia<br /> • Gambar-gambar yang relevan<br /> • Bacaan (Hasil Pengembangan Ajar Oleh guru)<br /> 3) Seni Budaya dan Keterampilan<br /> • Buku yang relevan<br /> • Hasil karya seni rupa<br /> • Alat-alat yang berkaitan dengan karya cetak tunggal, seperti: Pewarna, Pelepah pisang dll.<br /> • Lingkungan<br />VI. Metode<br /> • TGT<br /> • Examples non Example<br /> • Picture and picture<br />VII. Kegiatan Pembelajaran<br /> A. Kegiatan awal (10 Menit)<br /> o Memulai pelajaran dengan berdoa<br /> Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing untuk memulai pelajaran<br /> o Apersepsi<br /> Bertanya jawab tentang tentang hobi atau kegemaran<br /> Bertanya tentang tentang hobi memelihara hewan piaraan<br /> Bertanya jawab tentang berbagai jenis hewan yang ada di lingkungan rumah dan sekolah<br /> Betanya jawab tentang tumbuhan apa saja yang ada di lingkungan rumah dan sekolah<br /> Bertanya jawab apakah siswa mempunyai hewan piaraan atau tumbuhan dihalaman rumahnya?<br /> Bertanya jawab bagaimana merawat tumbuhan<br /> o Motivasi<br /> Memberikan kesimpulan dari tanya jawab tersebut dan mengaitkannya dengan materi yang akan di sampaikan<br /> Menyampaikan kepada siswa tentang indikator yang ingin dicapai dan manfaat memahami materi <br /> o Pembentukan kelompok (siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas dengan jumlah kelompok sebanyak 5 orang/kelompok)<br /> B. Kegiatan inti (140 menit)<br /> a. Guru membacakan sebuah teks pendek yang menceritakan tentang kegemaran “Dino memelihara kucing” dan kegemaran “Sinta Menanam berbagai jenis bunga di halaman rumahnya”.<br /> b. Siswa mendengarkan dan berusaha memahami teks pendek yang dibacakan oleh guru<br /> c. Siswa mencatat mencatat hal penting yang ada dalam teks tersebut<br /> d. Siswa mendiskusikan dengan anggota kelompoknya tentang isi bacaan yang didengar<br /> e. Setelah 5 menit guru menghentikan kegiatan diskusi<br /> f. Guru menjelaskan kepada siswa twentang apa yang akan dilakukan selanjutnya<br /> Apa yang akan dilakukan siswa terhadap tumpukan kartu yang dibawa guru?<br /> Bagaimana kegiatan pembelajaran selanjutnya akan dilaksanakan?<br /> Bagaimana akhir dari kegiatan tersebut?<br /> g. Untuk menentukan kelompok mana yang mendapat undian pertama, guru melakukan permainan menyusun gambar yang ditempel di papan tulis<br /> h. Kelompok mana yang paling cepat selesai dan mampu menceritakan secara urut gambar-gambar tersebut mendapat giliran pertama sedangkan urutan berikutnya ditentukan dengan undian kertas<br /> i. Siswa yang mendapat kesempatan untuk mengambil kartu, harus menjawab pertanyaan yang ada dalam kartu tersebu, jika bisa menjawab benar kelompok mendapat skor, jika tidak dilemparkan pada kelompok lain<br /> j. Penghitungan skor dan penobatan gelar super group terhadap group yang mendapatkan skor tertinggi<br /> k. Guru menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dan menyimpulkan isi materi yang telah dijadikan bahan tournamen<br /> l. Guru memberi kebebasan siswa untuk menggambar ekspresif tentang benda-benda kesayangannya, hewan, tumbuhan atau menggambar tentang hobinya contohnya menggambar orang bermain bola karena hobinya bernmain bola dsb.<br /> C. Kegiatan penutup (10 Menit)<br /> a. Menempel hasil gambar ekspresif siswa dengan rapi di tembok belakang dan meletakkan tugas fortofolia yang telah dibuat siswa pada kotak fortofolio siswa <br /> b. Mengajak siswa untuk bersama-sama bernyanyi lagu anak-anak yang berjudul “Helly”<br /> c. Mengakhiri dengan mengajak siswa untuk berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.<br />VIII. Penilaian<br /> a) Teknik : Tugas Individu<br /> Bentuk Instrumen : - Penilaian lisan,<br /> - Penilaian sikap (pengamatan perilaku)<br /> - penilaian unjuk kerja (keberanian anak bercarita)<br /> - Penilaian Portofolio<br /> b) Teknik : Tugas Kelompok<br /> Bentuk Instrumen : - Penilaian unjuk kerja (keberanian kelompok dalam<br /> mengungkapkan pendapat) <br /> - Penilaian unjuk kerja<br /> - Pengamatan keaktifan siswa dalam kelompok<br /> - Pengamatan bagaimana siswa bekerja dalam kelompok<br /><br /><br />Mengetahui <br />Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Pkn<br /><br /><br />................ ..............................irma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-85537460234754289352009-12-31T03:24:00.000-08:002009-12-31T03:26:22.460-08:00Pembelajaran Kooperatif dan Metode Investigasi KelompokBAB I<br /> PENDAHULUAN<br /><br /><br />I. Latar Belakang<br /> Pembelajaran adalah sebuah proses guru membelajarkan siswa yang diharapkan<br /> ada kegiatan belajar pada diri siswa. Hal ini yang menjadi dasar bagi guru agar<br /> dapat menciptakan sebuah perencanaan pembelajaran sebagai usaha mengembangkan<br /> kegiatan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu,<br /> terciptalah metode-metode pembelajaran yang menjadi salah satu langkah guru<br /> menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang bermakna yang dapat menimbulkan<br /> kegiatan belajar pada diri siswa. Tetapi dari sebagian besar guru belum paham<br /> secara penuh pentingnya penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran sehingga<br /> masih jarang guru menggunakan variasi metode dalam pembelajaran.<br /> Proses pembelajaran yang menempatkan guru sebagai satu satunya sumber ilmu<br /> pengetahuan masih banyak kita jumpai. Penggunaan variasi strategi dan metode<br /> pembelajaran juga masih jarang digunakan. Dengan cara ini seolah-olah siswa<br /> sebagai botol kosong pasif yang siap diisi ilmu pengetahuan oleh sang guru apapun<br /> atau bagaimanapun kondisinya. Hasil yang dicapai melalui proses ini menjadikan<br /> siswa kurang kreatif dan kurang bisa mengembangkan diri serta sukar untuk<br /> mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari. Belajar<br /> juga menjadi kurang bermakna karena jauh dari apa yang dihadapi siswa setiap<br /> hari. <br /> Oleh karena itu, dalam laporan ini dijelaskan ssebuah model pembelajaran<br /> yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam mengembangkan model pembelajaran dengan<br /> kajian teori tentang “Metode Investigasi Kelompok-Pembelajaran Kooperatif<br /> Perencanaan Pembelajaran”. Diharapkan dengan penjabaran materi yang ada dalam<br /> makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.<br /><br />II. Rumusan Masalah<br />Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah antara lain sebagai berikut:<br />1. Apa yang dimaksud dengan metode Investigasi Kelompok?<br />2. Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Kooperatif?<br />3. Apa yang dimaksud Perencanaan Pembelajaran?<br />4. Bagaimana contoh Perencanaan Pembelajaran?<br />III.Tujuan<br />Berdasarkan rumusan masalah tersebut diperoleh tujuan pembelajaran antara lain sebagai berikut:<br />1. Menjelaskan tentang Metode Investigasi Kelompok<br />2. Menjelaskan tentang Pembelajaran Kooperatif<br />3. Menjelaskan tentang Perencanaan Pembelajaran<br />4. Memberikan contoh Implementasi Pembuatan Perencanaan Pembelajaran<br />IV. Manfaat<br />Berdasarkan tujuan pembeljaran diperoleh manfaat antara lain sebagai berikut:<br />1. Mengetahui dan memahami tentang apa itu Investigasi Kelompok<br />2. Mengetahui dan memahami tentang Pembelajaran Kooperatif<br />3. Mengetahui tentang Perencanaan Pembelajaran<br />4. Paham tentang bagaimana pembuatan perencanaan pembelajaran<br /><br />BAB II<br />KAJIAN TEORI<br /><br /><br />I. INVESTIGASI KELOMPOK (Group Investigation)<br />A. Pengertian Investigasi Kelompok<br />Abdussakir (2009, http://abdussakir.wordpress.com) mengemukakan<br />Investigasi Kelompok dikembangkan oleh Shlomo & Yael Sharon di Universitas Tel Aviv (Slavin, 1995). Investigasi Kelompok adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. <br /><br />Narudin (2009, http://davidnarudin.blogspot.com) Metode ini menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Indonbiu (2009, http://www.idonbiu.com) Metode Investigasi Kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling komplek dan paling sulit dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Metode Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.<br />Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin<br />dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Pada dasarnya metode ini tepat dilaksanakan pada kelas tinggi (4, 5 dan 6). Karena anak pada usia ini telah mampu diajak untuk berfikir dalam rangka pemecahan masalah. Tetapi ada juga kemungkinan metode ini dilaksanakan pada pembelajaran kelas bawah yaitu pada kelas 2 dan 3. Hal ini dapat dilakukan tetapi dengan konsep yang lebih sederhana. Misalnya, siswa ditugaskan mengerjakan soal matematika secara kelompok. <br /><br />Safrizal (2008, http://www.jambiekspres.co.id) Mengemukan:<br />Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) dikembangkan berdasarkan apa yang biasa berlaku di masyarakat, terutama mengenai cara anggota masyarakat melakukan mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial.<br /><br />Safrizal (2008, http://www.jambiekspres.co.id) Perilaku-perilaku tersebut pada dasarnya secara tidak sadar telah sering dilakukan dimasyarakat misalnya, dilakukan kegiatan musyawarah untuk mufakat sebagai manifestasi mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan bersama. Di kampung-kampung ada rembug (rapat) desa untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Mengadopsi dari perilaku sosial tersebut terciptalah sebuah metode Investigasi Kelompok, dimana ada kegiatan berkelompok untuk memecahkan suatu permasalahan berdasarkan kesepakatan bersama. Sehingga, metode ini tidak lagi terasa asing jika dilaksanakan dalam pembelajaran karena kita sering berhubungan secara langsung dengan kegiatan yang ada dalam implementasi metode investigasi kelompok. Tetapi meskipun metode ini mengadopsi dari perilaku sosial masyarakat yang biasa dikenal masyarakat, metode ini tentunya juga mempunyai kelemahan berkaitan dengan hal teknis dalam metode ini.<br /><br /><br /><br />A. Bagaimana Penerapan Metode Investigasi Kelompok<br />Abdussakir (2009, http://abdussakir.wordpress.com) Perencanaan dalam melakukan Metode Investigasi Kelompok melibatkan lima tahapan antara lain sebagai berikut:<br /> (1) menentukan tujuan<br />(2) merencanakan pengumpulan informasi<br />(3) membentuk kelompok<br />(4) mendesain aktivitas kelompok<br />(5) merencanakan aktivitas kelompok secara keseluruhan<br /> <br />1.1.1 Gambar implementasi metode Investigasi Kelompok<br />Seperti pada perencanaan, implementasi aktivitas meliputi lima tahap yaitu:<br /> (1) Seleksi topik<br /> Pengorganisasian kelompok, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya heterogen. Kemudian tahap identifikasi topik, dimana siswa menentukan subtopik dari sebuah wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru.<br /><br />(2) perencanaan kelompok<br />Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih.<br /><br /><br /><br />(3) pelaksanaan investigasi (Implementasi)<br />Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya. <br /><br />(5) penyajian laporan. <br />Siswa membuat laporan kerja kelompok dan dipresentasikan didepan kelas.<br />Safrizal (2008, http://www.jambiekspres.co.id) Berkaitan dengan implementasi metode Investigasi Kelompok, dalam proses belajar-mengajar, pengajar dan siswa yang belajar melakukan serangkaian langkah-langkah pokok. Setidaknya ada enam langkah dalam implementasi Model Investigasi Kelompok, yakni:<br />(1) siswa dihadapkan pada situasi yang problematis<br />(2) siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis itu<br />(3) siswa dalam kelompok mengatur pembagian tugas dan merumuskan tujuan bersam<br />(4) siswa melakukan kegiatan individual dan kelompok<br />(5) siswa dalam kelompoknya mengkaji apakah situasi problematis yang dihadapi telah dapat dicarikan solusinya (Anggota kelompok mencek proses dan hasil investigasi kelompoknya dan melakukan tindak lanjut)<br />(6) secara kelompok atau individual siswa melakukan recycle aktivities (tindakan pengulangan)<br />Enam langkah tersebut dikembangkan berdasarkan tiga konsep utama yang menjadi ciri Model Investigasi Kelompok ini, yakni:<br />(1) penelitian (inquiry); Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah<br />(2) pengetahuan (knowledge); pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung<br />(3) dinamika belajar kelompok (the dynamic of the learning group); menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi<br />Siti Maesaroh (2005:28) di dalam Narudin (2009: www.davidnarudin.blogspot.com) mengemukakan hal penting untuk melakukan metode Group Investigation adalah:<br /> Membutuhkan Kemampuan Kelompok<br />Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap anggota untuk mengerjakan lembar kerja.<br /> Rencana Kooperatif<br />Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.<br /> Peran Guru<br />Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.<br /><br /><br />Metode Group Investigation dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks, diantaranya: <br />1) pembelajaran berpusat pada siswa<br />2) pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang<br />3) siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi<br />4) adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.<br />II. PEMBELAJARAN KOOPERATIF<br />A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif<br />Abdussakir (2009: http://abdussakir.wordpress.com) Sekitar tahun 1960-an, belajar kompetitif dan individualistik telah mendominasi pendidikan di Amerika Serikat. Siswa biasanya datang ke sekolah dengan harapan untuk berkompetisi dan tekanan dari orang tua untuk menjadi yang terbaik. Dalam belajar kompetitif dan individualistik, guru menempatkan siswa terpisah dari siswa yang lain. Kata-kata “dilarang mencontoh”, “geser tempat dudukmu”, “Saya ingin agar kamu bekerja sendiri” dan “jangan perhatikan orang lain, perhatikan dirimu sendiri” sering digunakan dalam belajar kompetitif dan individualistik (Johnson & Johnson, 1994). Proses belajar seperti itu masih terjadi dalam pendidikan di Indonesia sekarang ini.<br />(Slavin: 1995) dalam Abdussakir (2009: http://abdussakir.wordpress.com) Jika disusun dengan baik, belajar kompetitif dan individualistik akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun demikian terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistik, yaitu:<br />5) kompetisi siswa kadang tidak sehat, sebagai contoh jika seorang siswa menjawab pertanyaan guru, siswa yang lain berharap agar jawaban yang diberikan salah<br />6) siswa berkemampuan rendah akan kurang termotivasi<br />7) siswa berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin<br />tertinggal<br />4) Siswa yang berkemampuan rendah akan frustasi <br />Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif.<br />Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai guru dan mungkin sebagai siswa kita pernah menggunakannya atau mengalaminya, sebagai contoh saat bekerja dalam laboratorium. Ketika belajar di laboratorium kegiatan berkelompok seperti pada pembelajaran kooperatif sering dilakukan. Sehingga sistem pembelajaran ini tidak lagi terkesan asing.<br /> <br />2.2.1 ilustrasi pembelajaran kooperatif yang bearti pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran berkelompok dimana dalam satu kelompok itu saling bekerjasama.<br /><br />Holli (2009: www.pembelajarankooperatif.blogspot.com) Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar teman sebaya.” Menurut Slavin (1997) pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.<br />Belajar kooperatif mempunyai ide bahwa siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mempelajari tujuan (penguasaan materi) yang akan dicapai.<br />Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada metode pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah (Nur dan Wikandari (2000:25) dalam Holli (2009: www.pembelajaran kooperatif.blogspot.com) ) .<br />Ibrahim, dkk (200:7) dalam Holli (2009: www.pembelajaran kooperatif.blogspot.com) Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak¬-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. <br />Pendapat setara menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak kompleks, membantu mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial, dan hubungan antara manusia. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif konstruktivis dan teori belajar sosial. Artinya, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata (Kardi dan Nur, 2000:15) dalam Holli (2009: www.pembelajarankooperatif.blogspot.com).<br />Berdasarkan pendapat dari para ahli diperoleh pengertian umum tentang Cooperative Learning yaitu pada dasrnya pembelajaran kooperative merupakan suatu strategi pembelajaran yang dirancang oleh guru dalam bentuk kelompok-kelompok belajar dimana dalam tim tersebut siswa menyelesaikan tugas-tugas kelompok mencapai tujuan pembelajaran.<br />B. Landasan Teoritis Model Pembelajaran Kooperatif<br />Pembelajaran kooperatif didasarkan teori konstruktivistik, bahwa siswa dapat menemukan dan memahami konsep-konsep yang dipelajari dengan cara mongkonsrruksi pengalamannya. Usaha untuk mengkonsrruksi pengalaman akan lebih mudah dilakukan jika mereka melakukannya dengan bekerja sama. <br />Menurut Arends (2008: 37) dalam Kontjojo (2009: http://cooperative.wordpress.com)akar intelektual pembelajaran kooperatif berasal dari tradisi pendidikan yang menekankan pemikiran dan praktis demokratis: belajar secara aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati pluralisme di masyarakat yang multikultural.<br />Prinsip-prinsip dasar pandangan konstruktivis menurut Clements & Battista (2001) dalam abdussakir (2009: http://abdussakir.wordpress.com) adalah sebagai berikut:<br />a. Pengetahuan dibentuk dan ditemukan oleh siswa secara aktif, tidak sekedar diterima secara pasif dari lingkungan. Ide ini dapat diilustrasikan bahwa ide-ide matematika dibentuk oleh siswa, tidak sekedar ditemukan sebagai barang jadi atau diterima dari orang lain sebagai hadiah. Hal ini, senada dengan pendapat Orton (1992:163) bahwa materi dikonstruksi sendiri maknanya oleh siswa<br />b. Siswa mengkonstruk pengetahuan dengan melakukan refleksi fisik dan mental, yaitu berbuat dan berpikir. Ide-ide dikonstruksi secara bermakna dengan cara diintegrasikan ke dalam struktur pengetahuan yang telah ada.<br />c. Tidak ada realitas yang sebenarnya, siswa sendirilah yang membuat interpretasi mengenai dunia. Interpretasi ini dibentuk dengan pengalaman dan interaksi sosial. Jadi, belajar harus berupa proses bukan hasil<br />d. Belajar adalah proses sosial, Ide-ide dan kebenaran matematika baik dalam penggunaan dan maknanya ditetapkan secara bersama oleh anggota suatu kelompok masyarakat (budaya). <br /><br />abdussakir (2009: http://abdussakir.wordpress.com) Pandangan konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan Vygotksy. Keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsep-konsep yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui proses ketidakseimbangan untuk memahami informasi baru. Piaget dan Vygotksy juga menekankan adanya hakikat sosial dari belajar, dan keduanya menyarankan penggunaan kelompok belajar yang anggotanya terdiri dari siswa dengan kemampuan yang beragam untuk mengupayakan perubahan konseptual. Ide-ide konstruktivis modern sekarang lebih banyak didasarkan pada ide-ide Vygotksy, yang telah digunakan untuk menunjang belajar kooperatif (Nur, Wikandari & Sugiarto, 1999). Bahkan menurut Johar (2001) tokoh-tokoh konstruktivis menganjurkan penggunaan belajar kooperatif. Menurut Sutawidjaja (2002), bahwa belajar kooperatif adalah salah satu alternatif yang perlu digalakkan dalam kontruktivisme karena pertimbangan sebagai berikut.<br />a) Siswa yang sedang menyelesaikan masalah bersama-sama dengan teman sekelompoknya dalam kegiatan belajar kelompok masing-masing melihat bagaimana masalah itu dan merancang pemecahannya. Kegiatan ini merupakan cara menumbuhkan refleksi yang membutuhkan kesadaran tentang apa yang sedang dipikirkan dan dikerjakan. Dengan demikian menyediakan kesempatan siswa untuk mengabstraksikan secara aktif<br />b) Menjelaskan sesuatu kepada teman biasanya mengarah ke pada siswa untuk melihat sesuatu lebih jelas dan seringkali menemukan ketidakkonsistenan pada pikirannya sendiri<br />c) Ketika suatu kelompok kecil menerangkan solusinya ke seluruh kelas (tidak peduli apakah solusi layak atau tidak), kelompok itu memperoleh kesempatan yang berharga untuk mempelajari hasil yang mereka buat<br />d) Mengetahui bahwa ada teman sekelompoknya belum bisa menjawab, akan meningkatkan kegairahan setiap anggota kelompok untuk mencoba menemukan jawabannya<br />e) Keberhasilan suatu kelompok menemukan suatu jawaban akan menumbuhkan motivasi mereka untuk menghadapi masalah baru.<br />C. Unsur-unsur Pokok Model Pembelajaran Kooperatif<br />Ada 4 unsur pokok model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1. adanya peserta dalam kelompok, 2. adanya aturan kelompok, 3. adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan 4. adanya tujuan yang akan dicapai (Sanjaya, (2009: 241) dalam Kontjojo (2009: http://cooperative.wordpress.com).<br />1. Adanya Peserta dalam Kelompok<br />Peserta pembelajaran kooperatif adalah para siswa yang melakukan kegiatan belajar secara berkelompok. Pengelompokan siswa bisa dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan, misalnya minat, bakat kemampuan akademis, dst. Pertimbangan apapun yang dipilih dalam mengelompokkan siswa, tujuan pembelajaran harus yang diutamakan.<br /><br />2. Adanya Aturan Kelompok<br />Aturan kelompok merupakan sesuatu yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik maupun siswa sebagai anggota kelompok. <br /><br />3. Adanya Upaya Belajar Setiap Anggota Kelompok<br />Upaya belajar merupakan segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan, baik kemampuan yang telah dimiliki, maupun kemampuan yang baru. Aktivitas belajar siswa dilakukan secara berkelompok, sehingga diantara mereka terjadi saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal<br />(a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan<br />(b) bahwa siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman sekelompoknya. <br /><br /><br /><br />4. Adanya Tujuan yang Akan Dicapai<br />Aspek tujuan dalam model pembelajaran ini dimaksudkan untuk memberikanb arah pada perencanaan, pelaksanaan, dan juga evaluasi. Dengan adanya tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap aktivitas belajar.<br /><br />D. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif<br />Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (Arends [1997: 110-111] dalam Holli [2009:www.pembelajarankooperatif.blogspot.com] ).<br />a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan siswa dalam kelas<br /><br />b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:<br />1) struktur tujuan individualistik, yaitu tujuan yang dicapai oleh seorang siswa secara individual tidak memiliki konsekuensi terhadap pencapaian tujuan siswa lainnya.<br />Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif juga telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.<br />2) struktur tujuan kompetitif, yaitu seorang siswa dapat mencapai tujuan sedangkan siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut.<br />Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas¬-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.<br />3) struktur tujuan kooperatif, yaitu siswa secara bersama-sama mencapai tujuan, setiap individu mempunyai andil dalam pencapaian tujuan. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.<br /><br />c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.<br /><br />Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Untuk membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus mengajarkan keterampilan-¬keterampilan kelompok dan sosial yang dibutuhkan. Keterampilan keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47 55) dalam Holli (2009:www.pembelajarankooperatif.blogspot.com ). antara lain:<br />a. Keterampilan keterampilan Sosial<br />Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara efektif dengan orang lain.<br /><br />b. Keterampilan Berbagi<br />Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan. Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Siswa siswa yang mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadap kelompok mereka.<br /><br />c. Keterampilan Berperan Serta<br />Sementara ada sejumlah siswa mendominasi kegiatan kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak dapat berperan serta. Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu. Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan berperan serta dalam kegiatan kelompok.<br /><br />d. Keterampilan keterampilan Komunikasi<br />Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila kerja kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi. Empat keterampilan komunikasi, mengulang dengan kalimat sendiri, memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek kesan adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk memudahkan komunikasi di dalam seting kelompok.<br /><br />e. Keterampilan keterampilan Kelompok<br />Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok di mana anggota anggota secara individu merupakan orang yang baik dan memiliki keterampilan sosial. Sebelum siswa dapat belajar secara efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka harus belajar tentang memahami satu sama lain dan satu sama lain menghormati perbedaan mereka.<br /><br />Nurhadi dan Senduk (2003: 60) dalam Kontjojo (2009: http://cooperative.wordpress.com). Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan. Elemen-elemen yang sekaligus merupakan karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan hubungan antar pribadi. Berikut penjelasan untuk masing-masing elemen.<br />1. Saling Ketergantungan Positif<br />Saling ketergantungan positif adalah hubungan yang saling membutuhkan. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil yang optimal, yang dicapai melalui: <br />d. saling ketergantungan pencapaian tujuan<br />e. saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas<br />f. saling ketergantungan bahan atau sumber belajar<br />g. saling ketergantungan peran<br />h. saling ketergantungan hadiah<br />Salah satu usaha untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Guru menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling dibutuhkan.<br />2. Interaksi Tatap Muka<br />Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.<br />Interaksi tatap muka terwujud dengan adanya dialog yang dilakukan bukan hanya antara siswa dengan guru tetapi juga antara siswa dengan siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar. Fakta seperti itu dibutuhkan karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesama siswa. <br /><br />3. Akuntabilitas Individual<br />Pembelajaran yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanankan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Pembelajaran kooperatif terwujud dalam bentuk belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian tertuju pada penguasaan materi belajar secara individual. Hasil penilaian pada kemampuan individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa diantara mereka yang memerlukan bantuan dan yang dapat memberikan bantuan.<br />4. Keterampilan Menjalin Hubungan antar Pribadi<br />Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) dikembangkan. Pengembangan kemampuan tersebut dilakukan dengan melatih siswa untuk bersikap tenggang rasa, sopan, mengkritik ide bukan pribadi, tidak mendominasi pembicaraan, menghargai pendapat orang lain, dst. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.<br />5. Evaluasi proses kelompok<br />Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan efektif. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.<br />Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995) adalah sebagai berikut.<br />a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan<br />b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain<br />c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.<br /><br />E. Dasar Pertimbangan Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif<br />Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sanjaya, 2009: 243), yaitu sebagai berikut.<br />1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individudual dalam belajar<br />2. Guru menghendaki seluruh siswa berhasil dalam belajar<br />3. Guru ingin menunjukkan pada siswa bahwa siswa dapat belajar dari temannya<br />4. Guru ingin mengembangkan kemampuan komunikasi siswa.<br />5. Guru menghendaki motivasi dan partisipasi siswa dalam belajar meningkat<br />6. Guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan. <br /><br />F. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif<br />Techonly13 (2009: http://techonly13.wordpress.com) Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan dibanding model pembelajaran yang laian. Kelebihan tersebut yaitu:<br />1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah<br />2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penelitian mengenai suatu masalah.<br />3. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi<br />4. Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan sebagai individu serta kebutuhannya dalam belajar<br />5. Siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam pelajaran, mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi<br />6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.<br />Setiap model pembelajaran pastinya mempunyai kelebihan dan kelemahan begitu juga model pembelajaran kooperatif, selain mempunyai kelebihan juga mempunyai kelemahan antara lain sebagai berikut:<br />1. Kerja sama kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan kepada mereka yang kurang mamapu<br />2. Strategi ini kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula<br />3. Keberhasilan strategi kelompok ini bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri<br />G. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif<br />Ada 4 metode yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007: 49) dalam Kontjojo (2009: http://cooperative.wordpress.com). Keempat metode dimaksud adalah: metode STAD, Metode Jigsaw, Metode GI (group investigation), dan metode struktural.<br />1. Metode STAD<br />a. Karakteristik Metode STAD<br /> Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan koleganya di Universitas John Hopkin (Ibrahim dkk,. 2000; Ratumanan, 2002) dalam abdussakir (2009: http://abdussakir.wordpress.com). Dalam STAD, siswa dibentuk dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5 orang dari berbagai kemampuan, gender dan etnis. Dalam praktiknya, guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai materi. Setiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan saling membantu untuk menguasai materi ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara individual atau kelompok setiap satu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap materi yang telah mereka pelajari. Setelah itu seluruh siswa dalam kelas tersebut diberikan materi tes tentang materi ajar yang telah mereka pelajari. Pada saat menjalani tes mereka tidak diperbolehkan saling membantu. STAD mempunyai 5 komponen, yaitu:<br /><br />(1) presentasi kelas<br />(2) kelompok<br />(3) kuis atau tes<br />(4) skor individual<br />(5) penghargaan kelompok (Slavin, 1995).<br /><br />b. Sintaks Metode STAD<br />Sintaks metode STAD terdiri atas 6 fase (Trianto, 2007: 54) dalam Kontjojo (2009: http://cooperative.wordpress.com) yaitu sebagai berikut ini.<br />Fase ke-1: Menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.<br />memotivasi siswa untuk aktif belajar. <br />Fase ke-2: Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok menyajikan materi ajar kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau melalui bahan bacaan. Sebelum menyajikan materi guru mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajari siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif.. Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada ha-hal berikut:<br />1) Pendahuluan<br />Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.<br />2) Pengembangan<br />Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.<br /><br />3) Praktek terkendali<br />Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.<br />Fase ke-3: menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar/guru Menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang. Aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada::<br />1) Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah) yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.<br />2) Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.<br />Fase ke-4: membimbing setiap kelompok belajar untuk belajar dan bekerja.<br />Fase ke-5: mengevaluasi hasil belajar dan kerja masing-masing kelompok.<br />Fase ke-6: Guru memberikan penghargaan pada para siswa baik sebagai individu maupun kelompok, baik karena usaha yang telah mereka lakukan maupun karena hasil yang telah meerka capai. <br /><br />2. Metode Jigsaw<br />a. Karakteristik Metode Jigsaw<br />Metode Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan sejawatnya (Arends, 2008: 13). Dalam metode Jigsaw para siswa dari suatu kelas dikelompokkan menjadi beberapa tim belajar yang beranggotakan 5 atau 6 orang secara heterogen. Guru memberikan bahan ajar dalam bentuk teks kepada setiap kelompok dan setiap siswa dalam satu kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya. Para anggota dari tim-tim yang berbeda tetapi membahas topik yang sama bertemu untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik tersebut. Kelompok semacam ini dalam metode Jigsaw disebut kelompok ahli (expert group).<br />Yasa (2008: http://ipotes.wordpress.com) Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain.Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.<br />Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. <br /> Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. <br /> Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal<br /><br /><br />b. Sintaks metode Jigsaw<br />Pelaksanaan metode Jigsaw terdiri dari 6 langkah kegiatan (Trianto, 2007: 56-57) sebagai berikut.<br />Fase ke-1: Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 5 – 6 orang siswa.<br />Fase ke-2: Guru memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh setiap anggota kelompok.<br />Fase ke-3: Semua kelompok mempelajari materi ajar yang telah diberikan oleh guru. <br />Fase ke-4: Kelompok ahli bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya.<br />Fase ke-5 : Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing (home teams) untuk membantu kelompoknya.<br />Fase ke-6: Guru mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual. <br /><br />3. Metode Invenstigasi Kelompok (Group Investigation)<br />a. Karakteristik metode investigasi kelompok<br />Metode investigasi kelompok dirancang oleh Herbert Thalen dan metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diimplementasikan (Arends, 2008: 14). Kompleksitas dan sulitnya implementasi metode ini dikarenakan keterlibatan siswa dalam merencanakan topik-topik materi ajar maupun cara mempelajarinya melalui investigasi. Pada metode investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok secara heterogen yang masing-masing beranggota 5 atau 6 orang siswa. Siswa memilih topik-topik tertentu untuk dipelajari, melakukan investigasi mendalam terhadap sub-sub topik yang dipilih kemudian menyiapkan dan mempresentasikan hasil belajar di kelas.<br /><br />a. Sintaks metode investigasi kelompok<br />Sharan dkk. sebagaimana pendapatnya dikutip Arends (2008: 14) mendeskripsikan 6 langkah metode investigasi kelompok sebagai berikut.<br />Fase ke-1: pemilihan topik<br />Siswa memilih sub-sub topik tertentu dalam bidang permasalahan umum yang biasanya dibahas oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggota 5 atau 6 orang. <br />Fase ke-2: perencanaan kooperatif<br />Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan sub-sub topik yang telah dipilih.<br />Fase ke-3: implementasi<br />Siswa melaksanakan rencana yang diformulasikan pada fase ke-2.<br />Fase ke-4: analisis dan sintesis<br />Sisma menganalisis dan mensistesis informasi yang diperoleh pada kegiatan fase ke-3.<br />Fase ke-5: presentasi hasil akhir<br />Beberapa atau semua kelompok melakukan presentasi di kelas tentang topik-topik yang mereka pelajari di bawah koordinasi guru. <br /><br /><br /><br />Fase ke-6: evaluasi<br />Siswa dan guru mengevaluasi kontribusi masing-masing kelompok terhadap kerja kelas secara keseluruhan. Evaluasi dapat dilakukan secara individual, kelompok, atau keduanya.<br />4. Metode Struktural <br />a. Karakteristik metode struktural<br />Metode struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dkk. Meskipun memiliki banyak persamaan dengan metode lainnya, metode structural menekankan penggunaan struktur tertent yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa. Dua macam struktur yang dapat dipilih guru untuk melaksanakan metode structural adalah think-pair-share dan numbered head together. <br />1) Sintaks think-pair-share<br />Pelaksanaan think-pair-share terdiri 3 langkah : thinking, pairing, dan sharing (Arends, 2008: 15-16). <br />Langkah pertama: thinking (berpikir)<br />Guru mengajukan sebuah pertanyaan yang terkait dengan materi ajar dan memberikan waktu satu menit kepada siswa untuk memikirkan sendiri jawabannya.<br />Langkah kedua: pairing (berpasangan)<br />Guru meminta siswa untuk mendiskusikan secara berpasangan tentang apa yang siswa pikiran<br />Langkah ketiga: sharing (berbagi)<br />Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi hasil diskusinya dengan seluruh siswa di kelas. <br /><br /><br />2) Numbered heads together<br />Sintaks numbered heads together terdiri dari tiga langkah (Arends, 2008: 16), yaitu sebagai berikut.<br />Langkah pertama: numbering (penomoran)<br />Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan member setiap anggota kelompok tersebut nomor secara berurutan.<br />Langkah kedua: questioning (pengajuan pertanyaan)<br />Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bias bervariasi.<br />Langkah ketiga: head together (berpikir bersama)<br />Para siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban atas pertanyaan dari gurunya.<br />Langkah keempat: answering (pemberian jawaban)<br />Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari setiap kelompok yang nomornya sama dengan nomor yang disebutkan guru mengangkat tangannya dan memberikan jawaban di dalam kelas<br />Selain metode pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan ada juga metode-metode pembelajaran kooperatif di kelas rendah antara lain:<br />(1) Cooperative Integrated Reading and Compositio(CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8(setingkat TK sampai SD)<br />(2) Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).<br /><br /><br />III. PERENCANAAN PEMBELAJARAN<br />A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran<br />Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Uno, 2008:2) dalam Anggraini (2009: http://derianggraini.blogspot.com ).<br />Defathya (2009: http://defathya.multiply.com) Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut. <br />Sedangkan makna perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya menentukan tujuan, metode, isi, dan program yang akan diwujudkan dalam sebuah proses pembelajaran.<br />Pentingnya perencanaan pembelajaran dapat kita simak dengan melihat pernyataan Nana Sudjana (1989) sebagai berikut:<br />Mengingat pelaksanaan Pembelajaran adalah mengkoordinasikan komponen-komponen pengajaran, maka isi perencanaan pun pada hakekatnya mengatur dan menetapkan komponen-komponen tersebut. Komponen yang dimaksud antara lain tujuan, bahan, metoda dan alat, serta evaluasi.<br />Kemudian, pernyataan Slameto (1988:95) bahwa: “…. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar”.<br /><br />Dan dikatakan oleh Ali bin Abi Tholib Ra”didiklah anakmu sesuai dengan zamannya bukan sesuai zamanmu”<br />Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa sebagai seorang guru hendaknya pandai dalam membuat dan menyusun Perencanaan pembelajaran. Hendaknya Perencanaan Pembelajaran tersebut disesuaikan dengan zamannya dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan kultur budaya masyarakat yang ada. Sehingga diperoleh pengertian bahwa perencanaan pembelajaran adalah sebuah alat menuju pelaksanaan pembelajaran di masa depan yang kita inginkan agar pembelajaran itu terjadi sesuai dengan keinginan perencana atau pendidik. Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam perencanaan pembelajaran perlu diperhatikan delapan factor penting, yaitu:<br />1. Tujuan; untuk apa pembelajaran itu?<br />2. Meteri; apa isi pembelajaran?<br />3. Metoda; bagaimana prosedur (tatacara) pembelajaran itu?<br />4. Situasi; apa yang terjadi ada saat pembelajaran?<br />5. Media; apa saja alat atau fasilitas pembelajaran itu?<br />6. Pendidik; guru, fasilitator, mentor, dan lainnya<br />7. Peserta didik; peserta didik, murid, anak didik, dan lainnya.<br />8. Evaluasi; penilaian hasil pembelajaran.<br />Delapan faktor di atas harus ditentukan dalam sebuah rencana pembelajaran agar pembelajaran menjadi sebuah aktifitas yang komplit dan efektif.<br />Anggraini (2009: http://derianggraini.blogspot.com) Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:<br />a. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.<br />b. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu.<br />c. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.<br />d. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.<br />e. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pengajaran secara sistemik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan peng¬ajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai tujuan pembe-lajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas pengajaran.<br />f. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematik.<br />Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan utama dalam penyusunan perencanaan program pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah dan lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangan sampai diabaikan.<br />B. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran<br />Perencanaan pembelajaran sebagai langkah awal dalam usaha perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi berikut:<br />1. untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran<br />2. untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan system<br />3. perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar<br />4. untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa secara perseorangan<br />5. pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran<br />6. sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar<br />7. perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran<br />8. inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.<br /><br />Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.<br />Hidayat (via Majid, 2008:21) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain: <br />(1) memahami kurikulum<br />(2) menguasai bahan ajar<br />(3) menyusun program pengajaran<br />(4) melaksanakan program pengajaran<br />(5) menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.<br /><br />C. Dimensi-dimensi Perencanaan<br />Berbicara tentang dimensi perencanaan pembelajaran yakni berkaitan dengan cakupan dan sifat-sifat dari beberapa karakteristik yang ditemukan dalam perencanaan pembelajaran. Pertimbangan terhadap dimensi-dimensi itu menurut Harjanto (via Majid, 2008:18) dalam Anggraini (2009: http://derianggraini.blogspot.com) memungkinkan diadakannya perencanaan komprehensif yang menalar dan efisien sebagai berikut:<br /><br /><br /><br />1. Signifikansi<br />Tingkat signifikansi tergantung pada tujuan pendidikan yang diajukan dan signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria yang dibangun selama proses perencanaan.<br /><br />2. Feasibilitas<br />Maksudnya perencanaan harus disusun berdasarkan pertimbangan realistik, baik yang berkitan dan biaya maupun pengimplementasiannya.<br /><br />3. Relevansi<br />Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa perencanaan memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.<br /><br />4. Kepastian<br />Konsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.<br /><br />5. Ketelitian<br />Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar perencanaan pembelajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen.<br /><br />6. Adaptabilitas<br />Diakui bahwa perencanaan pembelajaran bersifat dinamis, sehingga perlu senantiasa mencari informasi sebagai balikan. Penggunaan berbagai proses memungkinkan perencanaan yang fleksibel atau adaptable dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.<br /><br />7. Waktu<br />Faktor yang berkaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memprediksi masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitannya dengan masa mendatang.<br /><br />8. Monitoring<br />Monitoring merupakan proses mengembangkan kriteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.<br /><br />9. Isi perencanaan<br />Isi merencanakan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan.<br /><br />D. Manfaat Perencanaan Pembelajaran<br />Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung. Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:<br />1. sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan<br />2. sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan<br />3. sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid<br />4. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja<br />5. untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja<br />6. untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya<br /><br /><br /><br />Prinsip Penyusunan<br /> Spesifik : Penyusunan perencanaan pembelajaran haruslah mendetail<br /> Operasional : Penyusunan perencanaan pembelajaran dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai panduan guru dalam pelaksanaan pembelajaran<br /> Sistematis : Penyusunan perencanaan pembelajaran hendaknya tersusun dengan baik<br /> Jangka pendek (1-3 kali pertemuan) : Penyusunan perencanaan pembelajaran dibuat untuk jangka waktu pendek sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan masyarakat.<br /><br />E. Langkah-langkah membuat Perencanaan Pembelajaran<br />Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Adapun langkah-langkah membuat perencanaan pembelajaran:<br />a. menentukan SK dan KD<br />Langkah awal pembuatan Rencana pembelajaran yaitu penentuan SK dan KD yang akan di jadikan bahan ajar<br />b. membuat silabus<br />c. membuat RPP<br />Langkah-langkah membuat RPP, antara lain sebagai berikut:<br />1. Mengisi kolom identitas<br />2. Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan<br />3. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun<br />4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan<br />5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran. Guru sebagai perancang RPP hendaknya juga mengembangkan materi ajar yang akan dibahas dalam pembelajaran. <br />6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan<br />7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.<br />8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan<br />9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dllirma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-85779006011748567512009-12-31T03:17:00.000-08:002009-12-31T03:18:51.984-08:00Pengembangan Bahan AjarBAB I<br /> PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang<br /> Mengapa guru perlu mengembangkan Bahan Ajar?<br /> karena Guru harus memiliki atau menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan :<br /> kurikulum,<br /> karakteristik sasaran,<br /> tuntutan pemecahan masalah belajar.<br /> Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/<br /> instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang<br /> dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center<br /> for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based<br /> Training). Perolehan bahan ajar seharusnya tidak hanya didapatkan dari satu<br /> sumber saja karena dengan diperolehnya bahan ajar hanya dari satu sumber tidak<br /> akan dapat memaksimalkan hasil belajar. Siswa tidak akan mendapatkan ilmu lebih,<br /> mereka hanya menghafal sebuah ilmu dan akan melupakannya. Oleh karena itu,<br /> diperlukan pengembangan bahan ajar yang seharusnya dapat ditemukan oleh guru dari<br /> berbagai sumber atau bahkan dari siswa itu sendiri. Pengembangan bahan ajar yang<br /> tidak hanya terpaku pada satu sumber bahan ajar guru dapat mengembangkan<br /> kecerdasan siswa dan dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.<br /> Guru sebagai pengembang bahan ajar hendaknya mengetahui tentang apa dan<br /> bagaimana bahan ajar itu, sehingga guru dapat mengembangkan bahan ajar. Oleh<br /> karena itu, pada makalah ini kami mengbahas tentang pengembangan bahan ajar<br /> supaya dapat menjadi panduan pengetahuan mahasiswa calon guru untuk menghadapi<br /> tugasnya kelak sebagai guru dan pengembang bahan ajar.<br /><br /><br />B. Rumusan Masalah<br /> Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diperoleh rumusan masalah antara<br /> lain sebagai berikut:<br /> 1. Apa yang dimaksud dengan bahan ajar?<br /> a) Apa pengertian bahan ajar?<br /> b) Apa saja jenis-jenis bahan ajar?<br /> c) Apa saja bentuk-bentuk bahan ajar?<br /> d) Bagaimana Kriteria Bahan Ajar yang Baik?<br /> 2. Apa tujuan dan manfaat pengembangan bahan ajar?<br /> 3. Bagaimana pengembangan bahan ajar?<br /> a) Apa saja prinsip pemilihan bahan ajar?<br /> b) Bagaimana langkah-langkah memilih bahan ajar?<br /> c) Bagaimana penyusunan bahan ajar?<br /> 4. Bagaimana menentukan cakupan dan urutan bahan ajar?<br /> 5. Apa saja komponen-komponen model bahan ajar?<br /> 6. Apa aspek-aspek yang ada dalam bahan ajar?<br /> 7. Apa yang dimaksud dengan sumber bahan ajar?<br /> 8. Bagaimana strategi dalam memanfaatkan bahan ajar?<br /> a) Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru<br /> b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa<br />C. Tujuan<br /> Berdasarkan rumusan masalah diatas diperoleh tujuan antara lain sebagai berikut:<br /> 1. Mahasiswa mampu memahami tentang apa itu bahan ajar?<br /> 2. Mahasiswa mampu memahami tentang apa tujuan dan manfaat pengembangan bahan<br /> ajar?<br /> 3. Mahasiswa mampu memahami tentang pemilihan bahan ajar<br /> 4. Mahasiswa mampu menyusun bahan ajar<br /> BAB II<br /> PEMBAHASAN<br /><br /><br />I. Bahan Ajar<br /> A. Pengertian Bahan Ajar (instructional materials)<br /> Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu<br /> guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan<br /> yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.<br /> (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for<br /> Competency Based Training) dalam Bintek KTSP 2009 (2009: http://bandono.web).<br /> Dengan kata lain, Bahan ajar merupakan alat atau sarana pembelajaran yang<br /> berisi materi, metode4, batasan-Batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang<br /> secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Bahan<br /> ajar akan mengurangi beban guru dalam menyajikan materi (tatap muka), sehingga<br /> dosen lebih banyak waktu untuk membimbing dan membantu peserta didik dalam<br /> proses pembelajaran. <br /> Wahidin (2008: http://makalahkumakalahmu.wordpress.com) menyatakan<br /> bahwa materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan,<br /> keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai<br /> standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis<br /> materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,<br /> prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. <br /> Banyak orang menganggap bahwa bahan ajar sama dengan buku teks,<br /> padahal keduanya adalah dua hal yang berbeda. Bahan ajar berbeda dengan buku<br /> teks. <br />B. Jenis-jenis Bahan Ajar<br /> Jenis-jenis bahan ajar meliputi:<br /> a. Lembar informasi (information sheet)<br /> b. Operation sheet<br /> c. Jobsheet<br /> d. Worksheet<br /> Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas<br /> yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa<br /> petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang<br /> diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Lembar<br /> kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah<br /> lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik<br /> apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan<br /> materi tugasnya.<br /> Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan<br /> atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel<br /> tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis<br /> dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang<br /> harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar<br /> kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi<br /> siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu<br /> tugas tertulis<br /> e. Handout, merupakan bahan tertulis yang siapkan oleh seorang guru untuk<br /> memperkaya pengetahuan peserta didik<br /> f. Modul, merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,<br /> batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan<br /> menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat<br /> kompleksitasnya. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar<br /> peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,<br /> sehingga modul berisi paling tidak tentang:<br /> • Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)<br /> • Kompetensi yang akan dicapai<br /> • Content atau isi materi<br /> • Informasi pendukung<br /> • Latihan-latihan<br /> • Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)<br /> • Evaluasi<br /> • Balikan terhadap hasil evaluasi<br /> Furgon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Format atau <br /> bentuk bahan ajar yang sesuai untuk pembelajaran kompetensi dengan pendekatan<br /> belajar tuntas (mastery learning) adalah modul yang bersifat fleksibel. Dalam<br /> hal ini, bahan ajar untuk suatu kompetensi tertentu dikemas dalam format modul<br /> yang fleksibel. Pengemasan bahan ajar kedalam format modul bukan berarti<br /> mengarah pada pembelajaran individual yang menghilangkan pesan guru, tetapi<br /> justru mengarahkan dan lebih mengefektifkan peran guru dan siswa dalam proses<br /> pembelajaran.<br /> Bahan ajar berbentuk modul setidaknya terdiri atas tujuh komponen,<br /> yaitu:<br /> 1. Tujuan pembelajaran/pelatihan<br /> 2. Lembar evaluasi<br /> 3. kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas<br /> 4. Lembaran kegiatan siswa, yang berisi substansi kompetensi yang akan<br /> dipelajari/diantarkan<br /> 5. Lembaran kerja siswa<br /> 6. Kunci lembar kerja<br /> 7. Pedoman bagi guru<br /> Bahan ajar dalam bentuk modul dibedakan menjadi dua jenis, yaitu modul<br /> inti dan modul pengayaan. Modul inti berisi substansi pembelajaran kompetensi<br /> minimal yang harus dikuasai oleh siswa, sedangkan modul pengayaan berisi<br /> substansi yang bersifat memperluas dan memperdalam kompetensi yang ada pada<br /> modul intii<br />C. Bentuk-Bentuk Bahan Ajar<br /> Bondono (2009: http://bandono.web.id ) Bentuk Bahan Ajar terdiri dari:<br /> • Bahan cetak (Printed)<br /> Sapta (2009: http://andy-sapta.blogspot.com) Bahan ajar cetak dapat <br /> ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik<br /> maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan<br /> oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:<br /> a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi<br /> seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang<br /> dipelajari<br /> b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit<br /> c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah<br /> d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu<br /> e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja<br /> f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan<br /> aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa<br /> g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar<br /> h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri<br /> Bandono (2009: http://bandono.web.id) Penyusunan Bahan Ajar Cetak<br /> memperhatikan hal-hal sebagai berikut:<br /> 1. Susunan tampilan<br /> 2. Bahasa yang mudah<br /> 3. Menguji pemahaman<br /> 4. Stimulan<br /> 5. Kemudahan dibaca<br /> 6. Materi instruksional<br /> Bahan cetak terdiri dari hand out, buku, modul, lembar kerja siswa,<br /> brosur, leaflet, wallchart<br /> • Audio Visual seperti: video/film,VCD<br /> • Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH<br /> • Visual: foto, gambar, model/maket. <br /> • Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet<br /><br />D. Kriteria Bahan Ajar yang Baik<br /> Bahan ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang<br /> berkualitas. Bahan ajar yang berkualitas dapat menghasilkan siswa yang<br /> berkualitas, karena siswa mengkonsumsi bahan ajar yang berkualitas. Menurut<br /> Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Bahan ajar yang baik harus<br /> memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:<br /> 1. Substansi yang dibahas harus mencakup sosok tubuh dari kompetensi atau sub<br /> kompetensi yang relevan dengan profil kemampuan tamatan.<br /> 2. Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual, meliputi konsep fakta,<br /> prosedur, istilah dan notasi serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan<br /> kompetensi.<br /> 3. Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan bahasa maupun substansi harus<br /> sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajaran.<br /> 4. Sistematika penyusunan bahan ajar harus jelas, runtut, lengkap dan mudah<br /> dipahami.<br /> Anonim (2009: http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) Dalam pengembangan<br /> bahan ajar, maka bahan ajar harus memiliki beberapa kriteria sebagai berikut.<br /> a) bahan ajar harus relevan dengan tujuan pembelajaran<br /> b) bahan ajar harus seuai dengan taraf perkembangan anak;<br /> c) bahan yang baik ialah bahan yang berguna bagi siswa baik sebagai <br /> perkembangan pengetahuannya dan keperluan bagi tugas kelak di lapangan<br /> d) bahan itu harus menarik dan merangsang aktivitas siswa<br /> e) bahan itu harus disusun secara sistematis, bertahap, dan berjenjang<br /> f) bahan yang disampaikan kepada siswa harus menyeluruh, lengkap dan utuh.<br />E. Fungsi Bahan Ajar<br /> Anonim (2009: http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) Fungsi bahan ajar<br /> adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar yang lakukan oleh<br /> guru dengan materi pembelajaran yang kontekstual agar siswa dapat melaksanakan<br /> tugas belajar secara optimal. Menurut Furqon (2009: http://www.tek<br /> nologipendidikan.co.cc) Bahan ajar berfungsi sebagai berikut:<br /> 1. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses<br /> pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya<br /> diajarkan/dilatihkan kepada siswanya.<br /> 2. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses<br /> pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya<br /> dipelajari/dikuasainya.<br /> 3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran<br /> 4. membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar<br /> 5. membantu siswa dalam proses belajar<br /> 6. sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pelajaran<br /> 7. untuk menciptakan lingkungan / suasana balajar yang kondusif<br />II. Tujuan, dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar<br /> A. Tujuan Pengembangan Bahan Ajar<br /> Bahan ajar disusun dengan tujuan antar lain sebagai berikut:<br /> 1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan<br /> mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai<br /> dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik<br /> 2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping<br /> buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh<br /> 3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran<br /> B. Manfaat Pengembangan Bahan Ajar<br /> Manfaat bagi guru antara lain sebagai berikut:<br /> 1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan<br /> kebutuhan belajar peserta didik<br /> 2) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk<br /> diperoleh<br /> 3) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi<br /> 4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan<br /> ajar<br /> 5) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan<br /> peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada<br /> gurunya<br /> 6) Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.<br /> Manfaat bagi Peserta Didik antara lain sebagai berikut:<br /> 1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.<br /> 2) Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan<br /> terhadap kehadiran guru.<br /> 3) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus<br /> dikuasainya<br />III. Pengembangan Bahan Ajar<br /> Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc)<br /> Kebijakan Pengembangan Bahan Ajar<br /> 1. Koordinasi pengembangan bahan ajar melalui proyek Kurikulum tahun 1996/1997<br /> pada saat itu dilakukan bersama antara Kasi Kurikulum lingkup Dit.Dikmenjur.<br /> Hal tersebut mengacu pada uraian tugas dan fungsi Kasi Kurikulum berdasarkan<br /> keputusan Mendikbud No. 0222b/1980 dan perubahannya No. 08710/0/1983<br /> 2. Berdasarkan keputusan Menndikbud No. 049/0/1997 dan No. 309/0/1997 tanggal<br /> 29 Desember 1997 tentang perincian tugas subbagian dab seksi dilingkungan<br /> Dit. Dikmenjur, mulai saat tugas koordinasi pengadaan Bahan Ajar,menjadi<br /> lingkup tu- gas seksi Buku dan Bahan Pelajaran. Namun demikian Seksi<br /> Kurikulum pada Subdit PSG tetap terlibat dalam pengembangan Bahan Ajar.<br /> Karena menyangkut kurikulum dalam arti yang luas. Bahan Ajar adalah bagian<br /> dari Kurikulum.<br /><br /> Admin (2007: http://mgmpips.wordpress.com) Berkenaan dengan pemilihan<br /> bahan ajar ini, secara umum masalah dimaksud meliputi cara penentuan jenis<br /> materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment)<br /> terhadap materi pembelajaran, dsb. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan<br /> ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada<br /> kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak<br /> sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu<br /> macam dan tidak harus sering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai<br /> buku dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar.<br /> Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar<br /> adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau<br /> terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang<br /> tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi<br /> yang ingin dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi<br /> setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku. Sehubungan dengan itu,<br /> perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk membantu<br /> guru agar mampu memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan<br /> memanfaatkannya dengan tepat. Dengan pemilihan bahan ajar yang berkualitas<br /> akan membantu dalam peningkatan kualitas hasil pembelajaran peserta didik. Ada<br /> sebuah pepatah berkaitan dengan tugas guru sebagai pengajar, pengembang<br /> kurikulum dan pengembang bahan ajar, yaitu:<br /> Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya<br /> dapat mencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga<br /> mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar<br /> selama hidup mereka” (Elaine B. Johnson).<br /> Berdasarkan pepatah tersebut diperoleh pengetahuan hendaknya sebagai seorang<br /> guru dalam mengembangkan bahan ajar tidak hany mengembangkan kemampuan<br /> kognitif peserta didik tetapi juga dari aspek afektif dan psikomotorik.<br /> G. Prinsip Pemilihan Bahan Ajar<br /> Sudrajat (2008: http://akhmadsudrajat.wordpress.com) Prinsip-prinsip<br /> dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi:<br /> a) prinsip relevansi<br /> Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan<br /> memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi<br /> dasar.<br /> b) Prinsip konsistensi<br /> Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan<br /> kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang<br /> harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga<br /> harus meliputi empat macam.<br /> c) Kecukupan<br /> Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai<br /> dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi<br /> tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu<br /> sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi<br /> dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga<br /> yang tidak perlu untuk mempelajarinya.<br /> B. Langkah-langkah Pemilihan Bahan Ajar<br /> Sudrajad (2009: http://www.akhmadsudrajat.com) Materi pembelajaranyang <br /> dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya<br /> berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya<br /> standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah<br /> pemilihan bahan ajar meliputi :<br /> 1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan<br /> kompetensi dasar. <br /> Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu<br /> diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang<br /> harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan,<br /> karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan<br /> jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan<br /> berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat<br /> dibedakan menjadi 3 jenis materi pembelajaran, yaitu: <br /> a) Peta Pengetahuan, Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci<br /> dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan<br /> prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa<br /> nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah,<br /> nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi<br /> konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis<br /> prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi<br /> jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut,<br /> misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau<br /> cara-cara pembuatan bel listrik.<br /> b) Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan<br /> (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. <br /> c) Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin,<br /> dan rutin.<br /> 2. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi<br /> dasar. <br /> a) Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis<br /> fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada<br /> satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan<br /> diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya<br /> b) Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya<br /> adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar<br /> kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi<br /> jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya.<br /> Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran<br /> atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda.<br /> Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan<br /> menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics),<br /> sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.<br /> 3. Memilih sumber bahan ajar.<br /> Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan<br /> sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan<br /> dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran,<br /> internet, media audiovisual, dsb.<br /> C. Langkah-langkah Penyusunan Bahan Ajar<br /> a. Penyusun<br /> Didalam penyusunan bahan ajar diperlukan dua tim, yaitu:<br /> 1. Tim pengembang Kurikulum menjadi program-program pembelajaran<br /> Tim ini terdiri dari para ahli dibidangnya, akademisi, praktisi,<br /> pengembang kurikulum dan desain pembelajaran, Widya Iswara (PPPG), serta<br /> guru bidang keahlian. Tim ini bersifat nasional untuk tiap-tiap program<br /> studi.<br /> 2. Tim penyusun bahan ajar<br /> Tim ini terdiri dari para guru bidang keahlian, praktisi, Widya Iswara<br /> dan akademisi. Tim ini dapat dibentuk untuk tiap-tiap program studi<br /> disetiap sekolah atau kantor Depdiknas ditingkat Wilayah (Propinsi).<br /> Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Sebagaimana<br /> disampaikan dimuka, bahan ajar dikembangkan berdasarkan pada rancangan<br /> pembelajaran/pelatihan yang mengacu pada profil kemampuan tamatan.<br /> Didalam rancangan pembelajaran, disusun sistematis tentang substansi<br /> kompetensi/sub-kompetensi, bahan, peralatan, tempat dan alokasi waktu<br /> pelaksanaan pembelajaran. <br /> b. Langkah-langkah penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut:<br /> 1. Pengembangan Kurikulum Menjadi Program-Program Pembelajaran<br /> a) Mengembangkan profil kemampuan tamatan kurikulum SMK 1994 (Reformasi)<br /> tiap-tiap program studi kedalam kelompok-kelompok kompetensi atau sub<br /> kompetensi (a bundle of competence ) serumpun. Setiap ikatan<br /> kopetensi/sub-kompetensi tersebut secara terpisah dapat menunjukkan<br /> suatu penampilan kerja utuh ( kinerja ) atau kemampuan orang melakukan<br /> sesuatu.<br /> b) Menjabatkan ikatan-ikatan kompetensi dan mengoperasionalkannya kedalam<br /> bentuk tujuan-tujuan pembelajaran. Mengingat sesuatu kompetensi/sub<br /> kompetensi, terutama kompetensi teknis ( bukan kompetensi produktif<br /> atau manipulatif ) diharapakan bersifat standar, maka tujuan-tujuan<br /> pembelajaran pada suatu program studi secara nasional sama. Ikatan<br /> ikatan kompetensi dan tujuan-tujuan pembelajaran selanjutnya akan<br /> menjadi acuan bagi pengembangan/ penyusunan bahan ajar.<br /> 2. Penyusunan Bahan Ajar<br /> a) Tim penyusun mempelajari secara seksama tentang penjabaran pada ikatan<br /> ikatan kompetensi seperti yang telah dikembangkan oleh tim nasional.<br /> Perlu dicermati setiap tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.<br /> b) Tim penyusunan mengembangkan setiap ikatan kompetensi menjadi satu\<br /> paket pembelajaran ( kelompok bahan pelajaran utuh ) yang selanjutnya<br /> dijabarkan kedalam beberapa bahan pelajaran. Penjabaran tersebut harus<br /> mempertimbangkan hirarki/keruntutan substansi, proses pembelajaran,<br /> saran dan prasarana yang tersedia.<br /> c) Tim penyusunan mempelajari secara seksama tentang substansi yang akan<br /> disusun dalam bahan ajar. Dalam hal ini perlu dipelajari berbagai<br /> sumber acuan yang relevan, terutama buku-buku pegangan yang ada.<br /> d) Apabila substansi yang diperolah belum memadai, maka tim penyusun perlu<br /> melakukan percobaan demonstrasi unjuk kerja tentang substansi<br /> kompetensi yang akan disusun. Misalnya, secara langsung melaksanakan<br /> atau mengamati seseorang yang sedang melakukan pekerjaan pengelasan<br /> logam ( kompetensi tertentu ). Dengan melakukan hal tersebut, maka tim<br /> akan memperoleh bahan yang lengkap tentang substansi pokok apa saja<br /> yang perlu disusun, bagaimana prosedurnya, pengetahuan pendukung apa<br /> yang diperlukan, alat dan bahan yang diperlukan, dan lain sebagainya.<br /> e) Tim penyusun bahan ajar seperti telah dijelaskan pada bagian<br /> sebelumnya, yaitu: Tujuan pembelajaran/pelatihan, Lembar evaluasi,<br /> Kedudukan dan fungsi bahan ajar dalam kesatuan program yang lebih luas,<br /> Lembaran kerja siswa (yang berisi substansi yang disusunnya),<br /> kompetensi yang akan dipelajari/diajarkan, Lembaran kerja siswa, Kunci<br /> lembar kerja, Pedoman bagi guru.<br /> f) Bahan ajar yang telah disusun perlu divalidasi, dimintakan masukan<br /> kepada pihak-pihak yang berkompeten terutama para ahli dan praktisi<br /> serta akademisi yang menguasai bidang keahlian tersebut. Satu hal yang<br /> juga perlu dilakukan adalah meminta masukan kepada ahli kurikulum dan<br /> desain instruksional, kaitannya dengan kelayakan dan pelaksanaan<br /> pembelajaran. Berdasarkan masukan-masukan tersebut, tim memperbaiki<br /> rancangan bahan ajar yang disusunnya.<br /> g) Bahan yang telah disusun kemudian diuji cobakan pada kondisi proses<br /> pembelajaran yang sebenarnya dikelas/bengkel/lab. Dalam uji coba<br /> tersebut perlu diamati kendala-kendala yang dihadapi dalam proses<br /> pembelajaran dan kekurangan-kekurangan yang ada pada modul.<br /> h) Berdasarkan temuan-temuan pada uji coba pembelajaran pada kondisi<br /> sebenarnya, maka tim perlu memperbaiki dan menyempurnakan bahan ajar<br /> yang disusunnya.<br /> <br /><br /> Bandono (2009: http://bandono.web.id) Teknik Penyusunan Bahan Ajar (Analisis<br /> Bahan Ajar):<br /> a. Analisis SK-KD-Indikator<br /> b. Analisis Sumber Belajar<br /> c. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar<br /><br /> Tiga cara untuk penulisan bahan ajar antara lain sebagai berikut:<br /> 1. Menulis sendiri<br /> 2. Pengemasan kembali informasi<br /> 3. Penataan Informasi<br /> Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Bahan ajar harus<br /> ditulis dengan bahasa yang baku, universal, jelas, sederhana, komunikatif dan<br /> mudah dipahami oleh pembelajar. Sebaiknya digunakan notasi-notasi dan istilah<br /> istilah yang lazim dan banyak digunakan dilingkungan sekolah/dunia kerja. Untuk<br /> lebih memudahkan memahami substansi perlu dilengkapi dengan ilustrasi atau<br /> gambar-gambar yang secara visual dapat memberikan gambaran nyata tentang<br /> substansi yang dipelajarinya.<br /> Aturan penulisan atau tata tulis bahan ajar hendaknya dibuat <br /> sehingga ada keseragaman. Untuk itu penyusunan bahan ajar hendaknya menggunakan<br /> tata tulis sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baku, dengan memperhatikan<br /> Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).<br /> D. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar<br /> Sapta (2009: http://andy-sapta.blogspot.com) Prinsip pengembangan bahan<br /> ajar:<br /> 1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk<br /> memahami yang abstrak<br /> Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan<br /> dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di<br /> lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah<br /> siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka<br /> tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang<br /> berbagai jenis pasar lainnya.<br /> 2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman<br /> Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami<br /> suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan<br /> bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama,<br /> sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa.<br /> Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat<br /> dan bervariasi sehingga tidak membosankan<br /> 3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta<br /> didik<br /> Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya<br /> atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap<br /> siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti<br /> ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik<br /> kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah<br /> menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif<br /> akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik<br /> yang positif terhadap hasil kerja siswa.<br /> 4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan<br /> belajar<br /> Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam<br /> belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan<br /> pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar.<br /> Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian,<br /> memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun<br /> menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.<br /> 5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan<br /> mencapai ketinggian tertentu<br /> Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk<br /> mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan<br /> antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita<br /> melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah<br /> melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan <br /> pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar,<br /> anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.<br /> 6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus<br /> mencapai tujuan<br /> Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan<br /> kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun<br /> dengan waktu yang berbeda-beda.<br />IV. Langkah menentukan cangkupan dan Urutan Bahan Ajar<br /> A. Menentukan Cakupan Bahan Ajar<br /> Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup<br /> materi pembelajaran: <br /> 1. harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta,<br /> konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik<br /> 2. memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan<br /> cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman<br /> materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak<br /> materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran,<br /> sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang<br /> terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. <br /> 3. Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu<br /> diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu<br /> materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi<br /> dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu<br /> ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid<br /> terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah cukup<br /><br /> Anonim (2009: http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) Dalam sosialisasi KTSP<br /> Depdiknas bahan ajar mencakup:<br /> 1) judul, MP, SK, ICD, indikator, tempat<br /> 2) petunjuk belajar (petunjuk siswa / guru)<br /> 3) tujuan yang akan dicari<br /> 4) informasi pendukung<br /> 5) latihan-latihan<br /> 6) petunjuk kerja<br /> 7) penilaian.<br /> B. Menentukan Urutan Bahan Ajar<br /> Wahidin (2008: http://makalahkumakalahmu.wordpress.com) Urutan penyajian<br /> (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau<br /> mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi<br /> pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan<br /> menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan<br /> penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami<br /> kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa<br /> akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.<br /> Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat<br /> diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan<br /> hierarkis. <br /> a. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural<br /> menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah<br /> melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah<br /> mengoperasikan peralatan kamera video.<br /> b. pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari<br /> bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari<br /> dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. <br />V. Komponen-Komponen Model Bahan Ajar<br /> Anonim (2009: http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) Dalam KTSP 2008<br /> menetapkan susunan bahan ajar dengan komponen-komponen sebagai berikut.<br /> Komponen kebahasaan mencakup:<br /> 1) keterbacaan<br /> 2) kejelasan informasi<br /> 3) kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar<br /> 4) pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien.<br /> Komponen penyajian mencakup:<br /> 1) kejelasan tujuan (indicator) yang ingin dicapai<br /> 2) urutan sajian<br /> 3) pemberian motivasi, daya tarik<br /> 4) interaksi (pemberian stimulus dan respons).<br /> Komponen kegrafikan mencakup:<br /> 1) penggunaan font, jenis, dan ukuran<br /> 2) lay out atau tata letak<br /> 3) ilustrasi, gambar, foto<br /> 4) desain tampilan.<br />VI. Aspek Bahan Ajar<br /> Harjanto (2005: 220-221) Didalam materi pelajaran terdapat beberapa aspek<br /> yang terkandung didalmnya, antara lain:<br /> 1. Konsep adalah Suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian yang umum,<br /> misalnya sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui<br /> 2. Prinsip adalah suatu kjebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau<br /> merupakan suatu petunjuk untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu<br /> 3. Fakta adalah sesuatu yang terjadi atau yang telah dikerjakan/dialami. Mungkin<br /> berupa hal, obyek atau keadaan. Jadi bukan sesuatu yang diinginkan atau<br /> pendapat atau teori. Contoh: Proklamasi Kemerdekaan RI adalah tanggal 17<br /> Agustus 1945<br /> 4. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakn-gerakn perkembangan<br /> 5. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model<br /> 6. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik<br />VII. Sumber Bahan Ajar<br /> Che (2008: http://www.candilaras.co.cc) Sumber bahan ajar merupakan<br /> tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar,<br /> siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran<br /> siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi<br /> pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber<br /> dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: <br /> (a) buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit . Gunakan sebanyak mungkin<br /> buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas<br /> (b) laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh<br /> para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual<br /> atau mutakhir<br /> (c) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal<br /> tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di<br /> bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya<br /> (d) Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar<br /> yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar,<br /> ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb<br /> (e) Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan<br /> perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan<br /> (f) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena<br /> berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi<br /> bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum<br /> hanya berisikan pokok-pokok materi<br /> (g) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak<br /> berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran<br /> (h) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan<br /> satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh<br /> melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi<br /> (i) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai<br /> jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di<br /> laut, di hutan belantara melalui siaran televisi<br /> (j) lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Perlu<br /> diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku<br /> atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah<br /> tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber<br /> bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap<br /> pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku<br /> teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber<br /> yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar<br /> bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi.<br /> Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru,<br /> sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku<br /> penunjang yang lain.<br />VIII. Strategi Pemanfaatan Bahan Ajar<br /> Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua<br /> strategi, yaitu:<br /> A. Strategi Penyampaian Bahan Ajar oleh Guru<br /> Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya: <br /> 1. Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan <br /> materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan<br /> penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara<br /> serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)<br /> 2. Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan <br /> materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan<br /> panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara<br /> mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya<br /> secara mendalam pula<br /> 3. Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi<br /> pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat,<br /> peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.)<br /> 4. Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah<br /> materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah<br /> agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan,<br /> membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: <br /> Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri<br /> pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise)<br /> misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan<br /> balik, dan kelima berikan tes<br /> 5. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi<br /> pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat,<br /> teorema, dsb<br /> 6. Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar<br /> siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar<br /> paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah<br /> langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.<br /> B. Strategi mempelajari Bahan Ajar oleh Siswa<br /> Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran<br /> berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya,<br /> ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa<br /> mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus<br /> dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan<br /> menjadi empat, yaitu :.<br /> 1. Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal<br /> verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase).<br /> Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat<br /> materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya,<br /> misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah,<br /> nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga<br /> materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya<br /> tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal<br /> parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti<br /> isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.<br /> 2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal<br /> atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses<br /> pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan<br /> atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau<br /> data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan.<br /> Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau<br /> rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk<br /> menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah<br /> untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi<br /> prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi<br /> sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari.<br /> Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan<br /> pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.<br /> 3. Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan<br /> cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep,<br /> prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil<br /> tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai<br /> penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana <br /> berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung<br /> menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari<br /> sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat<br /> protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.<br /> 4. Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan<br /> dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat<br /> sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah.<br /> Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau<br /> memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.irma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-57074927530355227862009-12-31T03:14:00.000-08:002009-12-31T03:15:52.514-08:00Contoh RPP investigasi KelompokRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN<br />(RPP)<br /><br />Sekolah : SD N Rejodadi<br />Mata Pelajaran : IPA<br />Kelas/Semester : IV/I<br />Pertemuan ke : 15 sd 17<br />Alokasi waktu : 6 x 35 menit (3 Pertemuan)<br />Standar Kompetensi : 1. Memahami hubungan sesama<br />makhluk hidup dan anatara makhluk hidup<br />dan lingkungan<br />Kompetensi Dasar : 5.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan<br />khas (simbiosis) dan hubungan ”makan dan<br />dimakan” antar makhluk hidup<br />(rantai makanan)<br /><br />5.2 Mendeskripsikan hubungan antara makhluk<br />hidup dan lingkungan<br />Indikator : 5.1.1 Mengidentifikasi beberapa jenis hubungan<br />khas simbiosis antara lain:<br />a. Mutualisme<br />b. Komensalisme<br />c. Parasitisme<br />5.2.1 Mendeskripsikan bentuk-bentuk saling<br />ketergantungan antara hewan dan tumbuhan<br />5.2.2 Mendeskripsikan hubungan makan dan dimakan (rantai makanan) dan jaring-jaring makanan<br />5.2.3 Mengidentifikasi jaring-jaring kehidupan<br />I. Tujuan Pembelajaran<br />1. Siswa dapat mengidentifikasi beberapa jenis hubungan khas (simbiosis) : mutualisme, komensalisme, parasitisme<br />2. Siswa dapat mendeskripsikan bentuk-bentuk saling ketergtantungan antara hewan, tumbuhan, dan lingkungan<br />3. Siswa dapat mendeskripsikan hubungan makan dan dimakan (rantai makanan)<br />4. Siswa dapat mengidentifikasi jaring-jaring kehidupan<br />II. Materi Pokok<br />- Jenis hubungan khas makhluk hidup<br />- Bentuk-bentuk saling ketergantungan antar makhluk hidup dan lingkungan<br />- Jaring-jaring makanan<br />III. Metode Pembelajaran<br />- Metode Investigasi Kelompok<br />- Metode STAD<br />- Metode Tanya Jawab<br /><br />IV. Langkah-langkah Pembelajaran<br /><br />Pertemuan I<br /><br />A. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)<br />- Apersepsi : guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menagawali kegiatan pembelajaran dengan tanya jawab seputar materi yang akan dibahas<br />” yang namanya mkhluk hidup apa saja?”<br />”Apakah tikus juga makhluk hidup?”<br />”Tikus ituy suka makan apa?”<br />- Motivasi : Guru menjelaskan tentang indikator yang diharapkan tercapai dalam kegiatan pembelajaran, dalam hal ini guru menjelaskan hal-hal penting berkaitan dengan materi pembelajaran untuk memotivasi siswa<br />- Pengorganisasian siswa secara kelompok, siswa dikelompokkan sejumlah 4 orang atau 5 orang perkelompok<br />- Tanya jawab tentang hubungan khas makhluk hidup dan lingkungan<br />B. Kegiatan Inti (50 menit)<br />- Siswa mengamati berbagai jenis hubungan khas antar makhluk hidup<br />- Siswa mengidentifikasi hubungan antara mahkluk hidup (simbiosis)<br />- Guru membagikan sebuah gambar tentang hubungan khas mahkluk hidup kepada setiap kelompok<br />- Siswa ditugaskan untuk menggunting gambar-gambar tersebut kemudian menempelkan gambar-gambar tesbut pada kertas yang lain yang telah dikelompokkan hubungan khas mahkluk hidup yaitu:<br />a. Simbiosis Mutualisme<br />b. Simbiosis Komensalisme<br />c. Simbiosis parasitisme<br />- Siswa menempel gambar-gambar tersebut pada kertas yang telah disediakan, misalnya:<br />“gambar burung gagak dan kerbau” ditempel pada pengelompokan simbiosis mutualisme<br />- Siswa mencatat hasi diskusi dan pengamatan mereka dalam bentuk laporan kelompok sederhana yang terdiri dari panduan laporan sebagai beriku:<br />a. Materi<br />b. Hasil pengamatan<br />c. Hasil diskusi<br />d. Pembahasan<br />e. Hasil kerja menempel gambar<br />- Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya<br />C. Kegiatan Penutup (10 menit)<br />- Tanya jawab tentang materi yang telah dibahas<br />- Guru menyimpulkan hasil pembelajaran<br /><br />Pertemuan II<br /><br />A. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)<br />- Apersepsi Tanya jawab setiap individu untuk mengetahui ketercapaian individu dalam memahami materi yang telah dibahas<br />B. Kegiatan Inti (50 menit)<br />- Siswa dibentuk kelompok oleh guru secara acak, agar siswa mampu lebih mengenal teman satu dengan yang lainnya dan tidak hanya satu kelompok permainannya saja<br />- Diskusi tentang bentuk-bentuk saling ketergantungan antara hewan dan tumbuhan<br />- Mengamati bentuk-bentuk ketergantungan antara hewan, tumbuhan, dan lingkungan<br />- Guru membagikan gambar-gambar jaring makanan pada setiap kelompok<br />- Siswa ditugaskan untuk mengamati dan mengidentifikasi jaring-jaring makanan tersebut<br />- Siswa mencatat ada berapa jenis bentuk rantai makanan di dalam jaring-jaring makanan<br />- Siswa mencatat rantai-rantai makanan yang ditemukan<br />- Siswa menggunting gambar-gambar tesebut dan menepelkannya pada kertas kosong yang tersedia, tempelan gambar diubah menjadi beberapa rantai makanan yang terpisah<br />- Siswa mencatat hasil dan membuat laporan<br />- Siswa mempresentasikan hasil<br />C. Kegiatan Penutup (10 menit)<br />- Guru melakukan tanya jawab yang ditujukan bagi kelompok<br />- Guru mengevaluasi hasil diskusi siswa dan memberikan sebuah kesimpulan<br /><br />Pertemuan III<br /><br />A. Kegiatan Pendahuluan (10 menit)<br />- Menyiapkan alat peraga<br />- Pembagian kelompok<br />B. Kegiatan Inti (50 menit)<br />- Siswa mengamati perubahan yang terjadi pada lingkungan melalui alat peraga yang berupa gambar-gambar tentang:<br />a. Hutan hijau dan hutan gundul<br />b. Tanah longsor dan banjir<br />c. Kebakaran hutan<br />- Siswa mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada lingkungan dan penyebab kejadian yang terjadi pada lingkungan<br />- Diskusi kelas untuk membuat kesimpulan<br />C. Kegiatan Penutup (10 menit)<br />- Membuat kesimpulan<br />- Evaluasi tertulis, siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan materi mahkluk hidup dan lingkungan<br />V. Alat dan Sumber<br />Alat:<br />- gambar simbiosis<br />- kertas karton kosong<br />- gambar hubungan makan dan dimakan<br />- Gambar tentang lingkungan dan kerusakan lingkungan<br />- Gunting<br />- Double tip/lem<br />- Spidol warna merah<br />Sumber:<br />- Buku Dunia IPA Kelas 4 Penerbit PT Yudhistira Ghalia Indonesia, halaman: 96-107<br />- Buku yang mendukung<br />- Artikel Internet<br />VI. Penilaian<br /> Test<br />- Test Tertulis<br />Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar!<br />1. Apa yang kamu ketahui tentang simbiosis? Sebut dan jelaskan!<br />2. Berikan contoh simbiosi!<br />3. Berikan contoh rantai makanan dan jelaskan hubungan yang terjadi!<br />4. Apa yang disebut lingkungan dan apa penyebab keruskan lingkungan?<br />5. Bagaimana cara menanggulangi banjir?<br />- Test lisan : pertanyaan yang dilontarkan ketika<br />kegiatan apersepsi ataupun ketika proses<br />pembelajaran berlangsung!<br /> Psikomotorik dan sikap<br />1. Pertemuan I : Penugasan<br />Mengidentifikasi hubungan khas makhluk hidup<br />2. Pertemuan II : Diskusi<br />Mengidentifikasi hubungan saling ketergantungan makhluk hidup<br /><br /><br />3. Pertemuan III : Penugasan<br />Mengamati dan mengidentifikasi penyebab kerusakan lingkunganirma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-68745586829877600882009-12-31T03:06:00.000-08:002009-12-31T03:09:57.150-08:00Metode dan Teknik PembelajaranMacam-macam tehnik dan Metode Pembelajaran<br /><br />1. Metode Debat<br />Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra.<br />Langkah-langkah pelaksanaan metode:<br />• Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang.<br />• Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan.<br />• Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.<br />Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.<br />Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.<br /><br />2. Metode Role Playing<br />Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:<br />Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.<br />1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.<br />2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.<br />3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.<br />4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.<br />3. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)<br />Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.<br />Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:<br />a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.<br />b. Berpikir dan bertindak kreatif.<br />c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis<br />d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.<br />e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.<br />f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.<br />g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.<br />Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:<br />a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.<br />b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.<br /><br />4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.<br />Langkah-langkah:<br />• Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.<br />• Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)<br />• Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.<br />• Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.<br />• Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.<br />Kelebihan:<br />a. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.<br />b. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.<br />c. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.<br />Kekurangan:<br />a. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.<br />b. Membutuhkan banyak waktu dan dana.<br />c. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini<br /><br /><br /><br />5. Cooperative Script<br />Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.<br />Langkah-langkah:<br />1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.<br />2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.<br />3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.<br />4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.<br />5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas.<br />6. Kesimpulan guru.<br />7. Penutup.<br />Kelebihan:<br />• Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.<br />• Setiap siswa mendapat peran.<br />• Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.<br />Kekurangan<br />• Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu<br />• Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).<br />6. Picture and Picture<br />Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.<br />Langkah-langkah:<br />1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.<br />2. Menyajikan materi sebagai pengantar.<br />3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.<br />4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.<br />5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.<br />6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.<br />7. Kesimpulan / rangkuman.<br />Kebaikan:<br />1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.<br />2. Melatih berpikir logis dan sistematis.<br />Kekurangan:<br />1. Memakan banyak waktu<br />2. Banyak siswa yang pasif.<br />7. Numbered Heads Together<br />Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.<br />Langkah-langkah:<br />1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.<br />2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.<br />3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.<br />4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.<br />5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.<br />6. Kesimpulan.<br /> Kelebihan:<br />• Setiap siswa menjadi siap semua.<br />• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.<br />• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.<br /><br /> Kelemahan:<br />• Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.<br />• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru<br />8. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation)<br />Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut:<br />1. Seleksi topic<br />Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.<br />2. Merencanakan kerjasama<br />Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah pertama<br />3. Implementasi<br />Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.<br />4. Analisis dan sintesis<br />Parasiswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.<br />5. Penyajian hasil akhir<br />Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.<br />6. Evaluasi<br />Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.<br />9. Metode Jigsaw<br />Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.<br />Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam:<br />1. belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya<br />2. merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula<br />3. Setelah itu siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya<br />4. Ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topik secara keseluruhan.<br />10. Metode Team Games Tournament (TGT)<br />Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.<br />Ada lima komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:<br />a. Penyajian kelas<br />Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.<br />b. Kelompok (team)<br />Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.<br />c. Game<br />Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. <br />d. Turnamen<br />Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.<br />e. Team recognize (penghargaan kelompok)<br />Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40<br />11. Model Student Teams – Achievement Divisions (STAD)<br />Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.<br />Langkah-langkah:<br />a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).<br />b. Guru menyajikan pelajaran.<br />c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.<br />d. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.<br />e. Memberi evaluasi.<br />f. Penutup.<br />Kelebihan:<br />a. Seluruh siswa menjadi lebih siap.<br />b. Melatih kerjasama dengan baik<br />Kekurangan:<br />a. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.<br />b. Membedakan siswa.<br />12. Model Examples Non Examples<br />Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.<br />Langkah-langkah:<br />1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.<br />2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.<br />3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.<br />4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.<br />5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.<br />6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.<br />7. Kesimpulan.<br />Kebaikan:<br />• Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.<br />• Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.<br />• Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya<br />Kekurangan:<br />• Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.<br />• Memakan waktu yang lama.<br />13. Model Lesson Study<br />Lesson Study adalah suatu metode yang dikembangkan di Jepang yang dalam bahasa Jepangnya disebut Jugyokenkyuu. Istilah lesson study sendiri diciptakan oleh Makoto Yoshida. Lesson Study merupakan suatu proses dalam mengembangkan profesionalitas guru-guru di Jepang dengan jalan menyelidiki/ menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif.<br /><br />Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:<br />1. Sejumlah guru bekerjasama dalam suatu kelompok. Kerjasama ini meliputi:<br />a. Perencanaan.<br />b. Praktek mengajar.<br />c. Observasi.<br />d. Refleksi/ kritikan terhadap pembelajaran.<br />2. Salah satu guru dalam kelompok tersebut melakukan tahap perencanaan yaitu membuat rencana pembelajaran yang matang dilengkapi dengan dasar-dasar teori yang menunjang.<br />3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.<br />4. Guru-guru lain dalam kelompok tersebut mengamati proses pembelajaran sambil mencocokkan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Berarti tahap observasi terlalui.<br />5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.<br />6. Hasil pada (5) selanjutnya diimplementasikan pada kelas/ pembelajaran berikutnya dan seterusnya kembali ke (2).<br />Adapun kelebihan metode lesson study sebagai berikut:<br />• Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.<br />• Dapat dilaksanakan antar/ lintas sekolah.<br />14. Examples Non Examples<br />Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD.<br />Langkah-langkah:<br />1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.<br />2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP<br />3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.<br />4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.<br />5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya<br />6. Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai<br />7. Kesimpulan.<br />Kebaikan:<br />1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.<br />2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.<br />3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.<br />Kekurangan:<br />1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.<br />2. Memakan waktu yang lama.<br />15. Ceramah<br />Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.<br />Pengertian Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajran lain, seperti tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya.<br />Alasan penggunaan:<br />1. agar perhatian siswa tetap terarah selama penyajian berlangsung<br />2. penyajian materi pelajaran sistimatis (idak berbelitbelit)<br />3. untuk merangsang siswa belajar aktif<br />4. untuk memberikan feed back (balikan)<br />5. untuk memberikan motivasi belajar<br />Tujuan Metode ceramah digunakan dengan tujuan untuk:<br />1. menyampaikan informasi atau materi pelajaran<br />2. membangkitkan hasrat, minat, dan motivasi siswa untuk belajar<br />3. memperjelas materi pelajaran<br />Manfaat Metode ceramah dapat digunakan dalam hal:<br />1. jumlah siswa cukup besar<br />2. sebagai pengantar atau menyimpulkan materi yang telah dipelajari<br />3. waktu yang tersedia terbatas, sedang materi yang disampaikan cukup banyak<br />Tujuan dan manfaat penggunaan metode ceramah dan ceramah bervariasi adalah untuk mengurangi kelemahan kelemahan tersebut antara lain:<br />1. siswa pasif, kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru, sehingga mengurangi daya kreativitas dan aktivitas siswa<br />2. mudah menimbulkan salah tafsir, salah faham tentang istilah tertentu tanpa mengetahui artinya (verbalisme)<br />3. melemahkan lama<br />4. guru tidak segera memperoleh umpan balik tentang penguasaan materi yang disampaikan<br />16. CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING)<br />Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun<br />gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.<br />Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi<br />(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada<br />penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.<br />Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,<br />informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya<br />kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind-<br />map) untuk menjadi pembelajaran bersama.<br /><br />17. Metode Demonstrasi (Demonstration Method)<br />Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.<br />Manfaat psikologis dari metode demonstrasi adalah:<br />a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan<br />b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari<br />c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.<br />Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut:<br />a. Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda.<br />b. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.<br />c. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh kenkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya.<br />Kelemahan metode demonstrasi adalah anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, kurangnya pemahaman siswa tentang kegunaan benda yang dipertunjukkan.<br />18. Metode Inquiry<br />Metode inquiry adalah metode yang mempu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif.<br />19. Problem Solving<br />Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. <br /><br /><br />20. Problem Posing<br />Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan. <br />21. Problem Terbuka (OE, Open Ended)<br />Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.<br />Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.<br />22. Probing-prompting<br />Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.<br />Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi<br />23. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)<br />Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.<br />24. Reciprocal Learning<br />Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.<br />25. SAVI<br />Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. <br />26. VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)<br />Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic<br />27. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)<br />Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.<br />28. TAI (Team Assisted Individualy)<br />Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. <br />Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah:<br />(1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul<br />(2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi<br />(3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.<br />29. NHT (Numbered Head Together)<br />NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.<br />Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar di mana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. <br />Langkah-langkah:<br />a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.<br />b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.<br />c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.<br />d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.<br />e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.<br />f. Kesimpulan. <br />30. TPS (Think Pairs Share)<br />Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.<br />31. Pembelajaran Berdasarkan Masalah<br />Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.<br />Langkah-langkah:<br />a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.<br />b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)<br />c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.<br />d. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.<br />e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.<br />32. Picture and Picture<br />Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.<br />Langkah-langkah:<br />a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.<br />b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.<br />c. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.<br />d. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.<br />e. Guru menanyakan alasan / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.<br />f. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.<br />g. Kesimpulan/rangkuman. <br />33. Metode tanya jawab<br />Metode tanya jawab adalah cara penyampaian suatu pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru kepada siswa atau dari siswa kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau siswa. Dalam metode tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif. Siswa dituntut untuk aktif agar mereka tidak tergantung pada keaktifan guru.<br />34. Metode Diskusi<br />Metode diskusi adalah cara memecahkan masalah yang dipelajari melalui urun pendapat dalam diskusi kelompok. Dalam pembelajaran dengan metode diskusi ini makin lebih memberi peluang pada siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran walaupun guru masih menjadi kendali utama. <br />Tehnik diskusi adalah salah satu tehnik belajar mengajar yang dilakaukan oleh seorang guru disekolah melalui proses interaksi antara 2 atau lebih individu yang terlibat,saling tukar menukar pengalaman,informasi,memecahkan masalah dan lain sebagainya.<br />Tujuan :<br />1. Mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan seperti pengalamannya untuk memecahkan masalah,tanpa bergantung pada pendapat orang lain.<br />2. Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan untuk melatih kehidupan yang demokratis.<br />3. Diskusi memberi kemungkinan kepada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan masalah bersama<br />35. Metode Simulasi<br />Simulasi adalah pembelajaran untuk menguasai konsep atau keterampilan melalui kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan.<br />36. Metode Pemberian tugas <br />Pemberian tugas adalah metode pembelajaran untuk menguasai materi pelajaran melalui pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa baik secara individual maupun secara kelompok. Setiap metode pembelajaran dibahas menurut pengertian, tujuan, alasan penggunaan, kekuatan dan kelemahannya, cara mengatasi kelemahan, dan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran.<br />37. Metode Kerja kelompok <br />Metode Kerja kelompok adalah metode pembelajaran yang dipilih guru untuk menguasai materi pelajaran yang harus diselesaikan oleh siswa secara kelompok. <br />38. Metode Karya wisata <br />Metode Karya wisata adalah metode pembelajaran yang dilakukan untuk mempelajari materi pelajaran dengan cara mengunjungi secara langsung tempat dimana materi pelajaran itu berada. <br />39. Metode Eksperimen <br />Metode Eksperimen adalah prosedur pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. <br />40. Metode Pembelajaran Unit <br />Metode Pembelajaran Unit adalah prosedur pembelajaran dimana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang dipelajarinya melalui berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.<br />41. Metode Pembelajaran dengan Modul <br />Metode Pembelajaran dengan Modul adalah prosedur pembelajaran yang dilakukan dengan menyiapkan suatu paket belajar yang berisi satu satuan konsep tunggal bahan pembelajaran untuk dipelajari sendiri oleh siswa dan jika ia telah menguasainya baru boleh pindah ke satuan paket belajar berikutnya.<br />42. CPS (Creative Problem Solving)<br />Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi.<br />43. TTW (Think Talk Write)<br />Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan.<br />44. TS-TS (Two Stay – Two Stray)<br />Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.<br />45. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending)<br />Sintaknya adalah (C) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, (0) organisasi ide untuk memahami materi, (R) memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.<br />46. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)<br />Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan cari jawabanya, Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama), dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh<br />47. SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect, Recite, Review)<br />SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan konteks aktual yang relevan.<br />48. Penemuan (Discovery) <br />Penemuan adalah proses mengamati, mencerna, mengglolongakan, membuat dugaan, mengukur, membuat kesimpulan, disebut dimana siswa dapat mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Penggunaan teknik Discovery guru berusaha meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar.<br />49. Kerja Ladangan<br />Adalah cara mengajar dengan jalan mengajak siswa ke suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar mengadakan observasi tetapi langsung terjun aktif dan berpartisifasi kelapangan kerja, agar siswa dapat menghayati sendiri serta mengadakan penyelidikan serta bekerja sendiri dalam pekerjaan yang ada di masyarakat.<br />50. Kasus<br />Adalah cara menyajikan pelajaran dengan memanfaatkan kasus yang ditemuin anak, digunakan sebagai bahan pelajaran kemudian kasus tersebut dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian. Metode ini bertujuan agar siswa dapat mengetaahui dengan pengamatan yang sempurna tentang sesuatu hal yang tergambar nyata atau yang betul-betul terjadi didalam hidupnya, sehingga mereka dapat mempelajari dengan penuh perhatian dan terperinci persoalannya.<br />51. Prosedur pengembangan sistem intruksional<br />Metode ini mengajarkan suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan, dalam mencapai tujuan. <br /><br /><br />52. Mengajar dengan computer<br />Perkembangan zaman dapat ditandai dengan kemajuan Iptek. Derasnya arus infomasi baru yang mengalir dari pemakai Iptek, maka penggunaan komputer merupakan satu-satunya cara untuk menampung dengan baik segenap infomasi dan selanjutnya memanfaatkannya dengan baik. <br />53. Latihan <br />Metode ini mengajarkan dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. Tujuan metode ini adalah: <br />a. Memiliki keterampilan gerak.<br />b. Mengembangkan kecakapan intelektual .<br />c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lainnya.<br /><br /><span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;"><span style="font-weight:bold;"></span></span></span>irma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-84099523509612813882009-12-30T06:53:00.001-08:002009-12-30T06:53:29.143-08:00RPP IPA Kelas 4Rencana Pelaksanaan Pembelajaran<br />(RPP)<br /><br />Nama Sekolah : ............................................<br />Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam<br />Kelas : IV (Empat)<br />Semester : I (Satu)<br />Tema : Lingkungan<br />Pertemuan / waktu : Kedua / 2 x 35 menit<br />Standar Kompetensi : 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya<br />Kompetensi Dasar : 2.2. Menjelaskan hubungan antara struktur batang tumbuhan dengan fungsinya<br />Indikator : 2.2.1 Mengidentifikasi bagian batang tumbuhan<br /> 2.2.2 Mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan<br /> 2 2 3 Membuktikan materi dengan sebuah percobaan<br /><br />A. Tujuan Pembelajaran<br /> o Siswa mampu memahami tentang struktur batang pada tumbuhan <br /> o Siswa mampu memahami tentang fungsi batang pada tumbuhan<br /><br />B. Metode Pembelajaran<br /> o Pembelajaran berbasis masalah (PBL)<br /><br />C. Materi Pembelajaran<br /> Materi Pokok : Struktur dan Fungsi bagian tumbuhan<br /> Materi Essensial<br /> Batang (hlm.38)<br /> o Jenis batang<br /> o Kegunaan batang<br /><br />D. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa<br /> 1. Pendahuluan (5 menit)<br /> o Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan<br /> o Menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran dan cara<br /> evaluasinya<br /> o Membentuk kelas menjadi 5 kelompok dengan jumlah anggota 5 orang/kelompok<br /> o Setip kelompok dibagikan selembar kertas yang berisi tentang materi yang<br /> akan dipelajari<br />2. Kegiatan Inti (50 menit)<br /> o Siswa dalam kelompok memahami tantang:<br /> peta konsep bagian-bagian tumbuhan<br /> memahami tentang batang tumbuhan seperti<br /> - batang basah<br /> - batang berkayu<br /> - batang rumput.<br /> Menyebutkan tanaman yang memiliki batang basah, batang berkayu dan batang<br /> rumput<br /> Menyebutkan beberapa kegunaan batang melalui kegiatan<br /> o Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan tentang isi peta konsep<br /> o Melakukan diskusi kelas<br /> o Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran selanjutnya<br /> o Setiap kelompok melakukan sebuah percobaan berkaitan dengan fungsi batang<br /> o Setiap kelompok mempresentasikan hasil percobaan dan kelompok yang tidak maju<br /> diberi tugas untuk menilai penampilan kelompok lain dengan mengisi lembar<br /> penilaian yang diberikan kepada setiap kelompok<br /> o Guru menyimpulkan hasil presentasi siswa<br /> o Setiap individu diberi tugas untuk mencatat kesimpulan yang dibahas oleh guru<br />3. Penutup (5 menit)<br /> o Mengulang kegunaan batang dan jenis batang<br /> o Pekerjaan Rumah<br /> Melakukan tugas untuk mengamati lingkungan sekitar terkait dengan tumbuhan,<br /> seperti mengamati bagian-bagian tumbuhan yang ada di sekitar rumah dengan<br /> format sebagai berikut:<br /> - Nama tumbuhan, maksimal ada 3 jenis tumbuhan<br /> - Bagian-bagian tumbuhan<br />Mengetahui <br />Kepala Sekolahirma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-74351157284968732742009-12-25T09:17:00.003-08:002009-12-25T09:21:48.376-08:00Mata Kuliah IPA SD<span style="font-weight:bold;">PEMBELAJARAN NPROSES SAINS TERPADU<br /></span><br /><br />1. Apa yang disebut pembelajaran Terpadu?<br />Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. <br /><br />2. Apa yang dimaksud sains terpadu?<br />Suatu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistic, dan otentik-peserta didik memperoleh pengalaman langsung-menambah kekuatan untuk mencari, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.<br /><br />3. Bagaimana Tahapan-tahapan Proses pembelajaran terpadu?<br />Diperkenalkan di kelas 1-4<br /><br />Predicting. Menggunakan pengamatan sebelumnya untuk membuat tebakan tentang peristiwa atau kondisi yang akan datang.<br />• Infering. Kesimpulan sementara atau menjelaskan percobaan untuk satu rangkaian observasi.<br /><br />Diperkenalkan di kels 5 dan 6<br /><br />• Controlling Variables. Mengidentifikasi perlengkapan yang bervariasi dalam sebuah sistem dan memegang semua tetapi satu konstan. <br />• Defining operationally. Menetapkan batas-batas tertentu untuk suatu makna dari istilah untuk tujuan yang berhubungan dengan situasi tertentu. <br />• Eksperimen. Menerapkan proses sains, jika diperlukan, merancang dan melaksanakan serta menafsirkan uji pertanyaan atau hipotesis. <br /><br /><br />4. Bagaimanakah proses Predicting pada pembelajaran terpadu?<br />• Predicting. Menggunakan pengamatan sebelumnya untuk membuat tebakan tentang peristiwa atau kondisi yang akan datang-digunakan sebagai alat motivasi<br /><br />5. Bagaimana Proses Prediksi berlangsung?<br /><br />• Siswa didorong untuk mempertimbangkan apa yang mereka sudah tahu ketika membuat prediksi<br />• Meminta siswa untuk memprediksi apa yang akan terjadi akan menumbuhkan pemikiran reflektif dan menciptakan minat pada hasil manipulasi.<br />• Membuat prediksi memerlukan konstruksi mental oleh murid.<br /><br />6. Bagaimana pengelompkkan proses Predicting?<br />Proses prediksi terdiri 2 <br />• memprediksi hasil yang mungkin, mungkin didasarkan pada pengetahuan sebelumnya dan pengamatan saat ini-mitivasi<br />• meramalkan data yang terorganisir seperti tabel dan grafik. Fungsi utama dari prediksi awal adalah motivasi. <br /> - Memprediksi dengan grafik adalah salah satu proses yang paling kuat yang<br /> tersedia bagi anak-anak sekolah dasar.<br /> - Anak-anak harus belajar untuk membuat dan menafsirkan grafik dengan cara-cara<br /> yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. <br /> - Grafik sebagai sarana penghubung pemahaman siswa<br /> <br /><br />7. Apa yang disebut den gan proses infering?<br />Infering. Kesimpulan sementara atau menjelaskan percobaan untuk satu rangkaian observasi.<br />8. Apa fungsi proses Infering/ kegiatan membuat kesiumpulan?<br />• membantu memperjelas apa yang dikenal sebagai sebuah fakta (observasi)<br />• mengetahui apa yang masih perlu diverifikasi. <br />• diselidiki selanjutnya untuk belajar lebih banyak tentang suatu situasi.<br /><br />Contoh kegiatan:<br />Mengamati sebuah jejak kaki yang bersambung<br />Misalnya jejak pertama terlihat lebih dalam<br />Kesimpulannya nak-anak cenderung melompat<br /><br />9. Dalam pelaksanaan tahapan-tahapan tersebvut adalah sebuah tahapan yang berkesinambungan, dan setiap tahapan akan selalu dilakukan berulang-ulang!Mengapa hal demikian perlu dilakukan?<br />Hal tersebut dilakukan karena beberapa lasan yaitu:<br />• mencocokan kemampuan perkembangan mental anak. <br />Sesuai dengan teori Piaget yaitu ada hubungan antara rata-rata usia anak dimana kemampuan kognitif tertentu diperoleh dan tingkatan kelas di mana proses-proses tertentu mungkin paling efektif diperkenalkan.<br />contohnya: sebagian besar anak-anak SD tidak mengerti konservasi panjang, luas, berat, atau volume – (empat elemen yang paling sering dikaitkan dengan proses pengukuran). pengukuran harus diperkenalkan pada tahap awal.<br />• Apabila guru menunggu untuk memperkenalkan suatu topik sampai pelajar benar-benar siap untuk menghadapinya sains di sekolah dasar akan sangat terbatas. <br />Sesuai dengan teori bruner dan Vygotsky. <br /> - Bruner, dalam teorinya yang disebut kurikulum spiral, memperkenalkan topic<br /> pada tingkatan yang lebih canggih (tinggi) akan mendewasakan mental anak. <br /> <br /><br />10. Apa yang dimaksud Controlling Variables?<br />Controlling Variables. (diagnosis). Mengidentifikasi perlengkapan yang bervariasi dalam sebuah sistem dan memegang semua tetapi satu konstan. <br />Contoh Kegiatan mengontrol variable<br />Pernyataan : Berbagai merek baterai mengiklankan bahwa baterainya dapat bertahan lebih lama daripada baterai dengan merek yang lagi bersaing.<br />a. Melakukan percobaan<br /> o menyusun tes untuk membandingkan kekuatan dari ketiga baterai tersebut.<br /> o mengatur tiga rangkaian, masing-masing dengan merk yang berbeda dari baterai.<br /><br />b. Memprediksi variable-variabel yang berkaitan dengan percobaan dengan pengamatan serta mendaftar variable-variabel yang mungkin mempengaruhi pernyataan tersebut<br />• Merk baterai <br />• Jenis dan ukuran kawat <br />• Jenis dan ukuran bola lampu<br />• Jenis dan ukuran konektor <br />• Lokasi sirkuit disimpan di dalam kelas <br />• Waktu pemutusan di sore hari<br />• Waktu reconnecting di pagi hari<br /><br />c. Mengambil kesimpulan dari hasil pengamatan<br />Apakah semua variable tersebut bersifat konstan/tetap? Tidak karena merk bateri bersifat relative dalam artian dalam percobaan tersebut merk bateri tidak dipertimbangkan karena berbeda-beda<br />d. Mengidentifikasi hasil kesimpulan<br />Memberikan diagnosa atau menentukan hasil percobaan. Variabel yang terdaftar dalam kasus variable manipulasi. Semua variable yang tbersifat konstan disebut variable pengontrol. Waktu dari bateri adalah variable responding-menentukan hasil percobaan.<br /><br />11. Apa yang disebut Defining operationally?<br />Defining operationally. (“dapat diobservasi”. )Menetapkan batas-batas tertentu untuk suatu makna dari istilah untuk tujuan yang berhubungan dengan situasi tertentu. – suatu def <br />12. Apa yang disebut Eksperimen?<br /> Eksperiment adalah Menerapkan proses sains, jika diperlukan, merancang dan<br /> melaksanakan serta menafsirkan uji pertanyaan atau hipotesis. <br /> Proses ekperimen termasuk:<br /> 1. Menyatakan pertanyaan (kadang-kadang disebut "masalah") <br /> 2. Merumuskan hipotesis (opsional)<br /> 3. Mengidentifikasi variabel (menggunakan definisi operasional yang diperlukan) <br /> 4. Merancang pertanyaan ujian atau hipotesis (menggunakan definisi operasional<br /> yang diperlukan) <br /> 5. Menyiapkan pengujian dan mengumpulkan data <br /> 6. Pengorganisasian dan menafsirkan data (tabel dan grafik) <br /> 7. Menyatakan suatu kesimpulan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis <br /> 8. Menulis laporan percobaanirma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-11673394374914722782009-12-25T09:01:00.000-08:002009-12-25T09:02:50.252-08:00Materi Mata Kuliah Tematik<span style="font-weight:bold;">RPP Tematik Kelas 2 Sekolah Dasar</span><br /> Rencana Pelaksanaan Pembelajaran<br /> (RPP)<br /> <br />Nama Sekolah : SD N Rejodadi Kasihan, Bantul, Yogyakarta<br />Kelas : II (Dua)<br />Semester : I (Satu)<br />Tema : Diri Sendiri<br />Subtema : Aku dan Keluargaku<br />Hari/tanggal : Selasa, 22 Desember 2009<br />I. Kompetensi Dasar <br />1) Ilmu Pengetahuan Alam<br />1.1.Mengenal bagian-bagian utama hewa dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan<br />2) Bahasa Indonesia<br />1.1.Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks pendek<br />3) Seni Budaya dan Keterampilan<br />1.1 .Mengenal unsur rupa pada karya seni rupa<br />1.2. Menunjukkan sikap apresiasif terhadap unsur rupa pada karya seni rupa<br />1.3. Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif<br />1.4. Mengekspresikan diri melalui tehnik cetak ulang<br />II. Indikator<br />1) Ilmu Pengetahuan Alam<br />1.1.1. Mendaftar jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar<br /><br />2) Bahasa Indonesia<br />1.1.1. Mendengarkan dan memahami isi teks bacaan dan jalannya cerita yang ada teks bacaan<br />1.1.2. Mendengarkan pembacaan puisi<br /><br />3) Seni Budaya dan Keterampilan<br />1.1.1. Mengenal unsur rupa pada karya seni rupa<br />1.2.1 Menyebutkan nilai-nilai yang terdapat pada suatu karya seni rupa<br />2.1.1 Membuat karya seni rupa berupa gambar ekspresif<br />2.1.2 Membuat karya seni melalui cetak tunggal<br />III. Tujuan<br />1) Ilmu Pengetahuan Alam<br />• Siswa mengetahui jenis-jenis hewan dan tmbuhan di sekitar rumah dan sekolah<br />2) Bahasa Indonesia<br />• Siswa mampu menyimak isi teks yang dibacakan oleh guru<br />• Siswa mampu memahami isi sebuah puisi yang diperdengarkan<br />3) Seni Budaya dan Keterampilan<br />• Siswa mengenal unsur-unsur pada karya seni rupa<br />• Siswa mampu menyebutkan nilai-nilai yang terkandung pada sebuah karya seni rupa<br />• Siswa mampu membuat gambar ekspresif<br />• Siswa mampu membuat karya seni melalui cetak tunggal<br />IV. Materi Pokok<br />1) Ilmu Pengetahuan Alam<br />• Bagian-bagian utama hewan <br />• Bagian-bagian utama tumbuhan<br />• Jenis-jenis hewan<br />• Jenis-jenis tumbuhan<br />2) Bahsa Indonesia<br />• Bacaan/teks pendek <br />• Gambar<br />3) Seni Budaya dan Keterampilan<br />• Unsur-unsur karya seni rupa<br />• Nilai yang terkandung pada sebuah seni rupa<br />• Gambar ekspresif<br />• Karya seni cetak tunggal<br />V. Alat/Sumber Buku<br />1) Ilmu Pengetahuan Alam<br />• Gambar hewan dan tumbuhan<br />• Gambar lain yang relevan<br />• Buku paket IPA kela 2A<br />• Lingkungan<br />• Teman<br />2) Bahasa Indonesia<br />• Gambar-gambar yang relevan<br />• Bacaan (Hasil Pengembangan Ajar Oleh guru)<br />3) Seni Budaya dan Keterampilan<br />• Buku yang relevan<br />• Hasil karya seni rupa<br />• Alat-alat yang berkaitan dengan karya cetak tunggal, seperti: Pewarna, Pelepah pisang dll.<br />• Lingkungan<br />VI. Metode<br />• TGT<br />• Examples non Example<br />• Picture and picture<br />VII. Kegiatan Pembelajaran<br />A. Kegiatan awal (10 Menit)<br />o Memulai pelajaran dengan berdoa<br />Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing untuk memulai pelajaran<br />o Apersepsi<br /> Bertanya jawab tentang tentang hobi atau kegemaran<br /> Bertanya tentang tentang hobi memelihara hewan piaraan<br /> Bertanya jawab tentang berbagai jenis hewan yang ada di lingkungan rumah dan sekolah<br /> Betanya jawab tentang tumbuhan apa saja yang ada di lingkungan rumah dan sekolah<br /> Bertanya jawab apakah siswa mempunyai hewan piaraan atau tumbuhan dihalaman rumahnya?<br /> Bertanya jawab bagaimana merawat tumbuhan<br />o Motivasi<br /> Memberikan kesimpulan dari tanya jawab tersebut dan mengaitkannya dengan materi yang akan di sampaikan<br /> Menyampaikan kepada siswa tentang indikator yang ingin dicapai dan manfaat memahami materi <br />o Pembentukan kelompok (siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas dengan jumlah kelompok sebanyak 5 orang/kelompok)<br />B. Kegiatan inti (140 menit)<br />a. Guru membacakan sebuah teks pendek yang menceritakan tentang kegemaran “Dino memelihara kucing” dan kegemaran “Sinta Menanam berbagai jenis bunga di halaman rumahnya”.<br />b. Siswa mendengarkan dan berusaha memahami teks pendek yang dibacakan oleh guru<br />c. Siswa mencatat mencatat hal penting yang ada dalam teks tersebut<br />d. Siswa mendiskusikan dengan anggota kelompoknya tentang isi bacaan yang didengar<br />e. Setelah 5 menit guru menghentikan kegiatan diskusi<br />f. Guru menjelaskan kepada siswa twentang apa yang akan dilakukan selanjutnya<br /> Apa yang akan dilakukan siswa terhadap tumpukan kartu yang dibawa guru?<br /> Bagaimana kegiatan pembelajaran selanjutnya akan dilaksanakan?<br /> Bagaimana akhir dari kegiatan tersebut?<br />g. Untuk menentukan kelompok mana yang mendapat undian pertama, guru melakukan permainan menyusun gambar yang ditempel di papan tulis<br />h. Kelompok mana yang paling cepat selesai dan mampu menceritakan secara urut gambar-gambar tersebut mendapat giliran pertama sedangkan urutan berikutnya ditentukan dengan undian kertas<br />i. Siswa yang mendapat kesempatan untuk mengambil kartu, harus menjawab pertanyaan yang ada dalam kartu tersebu, jika bisa menjawab benar kelompok mendapat skor, jika tidak dilemparkan pada kelompok lain<br />j. Penghitungan skor dan penobatan gelar super group terhadap group yang mendapatkan skor tertinggi<br />k. Guru menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan dan menyimpulkan isi materi yang telah dijadikan bahan tournamen<br />l. Guru memberi kebebasan siswa untuk menggambar ekspresif tentang benda-benda kesayangannya, hewan, tumbuhan atau menggambar tentang hobinya contohnya menggambar orang bermain bola karena hobinya bernmain bola dsb.<br />C. Kegiatan penutup (10 Menit)<br />a. Menempel hasil gambar ekspresif siswa dengan rapi di tembok belakang dan meletakkan tugas fortofolia yang telah dibuat siswa pada kotak fortofolio siswa <br />b. Mengajak siswa untuk bersama-sama bernyanyi lagu anak-anak yang berjudul “Helly”<br />c. Mengakhiri dengan mengajak siswa untuk berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.<br />VIII. Penilaian<br />a) Teknik : Tugas Individu<br />Bentuk Instrumen : - Penilaian lisan,<br />- Penilaian sikap (pengamatan perilaku)<br />- penilaian unjuk kerja (keberanian anak bercarita)<br />- Penilaian Portofolio<br />b) Teknik : Tugas Kelompok<br />Bentuk Instrumen : - Penilaian unjuk kerja (keberanian kelompok dalam<br />mengungkapkan pendapat) <br />- Penilaian unjuk kerja<br />- Pengamatan keaktifan siswa dalam kelompok<br />- Pengamatan bagaimana siswa bekerja dalam kelompok<br /><br /><br />Mengetahui <br />Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Pknirma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-65076014583573282092009-12-21T05:04:00.000-08:002009-12-21T05:05:44.168-08:00kOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARANBAB I<br /> PENDAHULUAN<br /><br />I. LATAR BELAKANG<br />Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Komponen tersebut adalah guru, siswa, tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Dari komponen-komponen pembelajaran tersebut, tujuan dijadikan fokus utama pengembangan, artinya komponen-komponen yang lain dikembangkan mengacu pada komponen tujuan yang ingin dicapai.<br /> Pada hakikatnya pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi transksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah dicapai. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami, dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran komponen-komponenya saling keterkaitan yang mengacu pada suatu tujuan yang ingin dicapai. Pada makalah yang penulis buat membahas tentang komponen-komponen pembelajaran yang mengacu pada tujuan untuk menambah pamahaman bagi pembaca berkaitan dengan pembelajaran dan komponen-komponen yang ada didalamnya.<br />II. RUMUSAN MASALAH<br /> Berdasrkan latar belakang tersebut penulis merumuskan rumusan masalah<br /> antara lain sebagai berikut:<br /> 1. Apa pengertian dari proses belajar-mengajar?<br /> 2. Apa saja komponen-komponen proses belajar-mengajar itu?<br />III. TUJUAN<br /> Berdasarkan rumusan masalah tersebut penulis mempunyai tujuan antara lain<br /> sebagai berikut:<br /> 1. Menjelaskan pengertian proses belajar-mengajar<br /> 2. Menyebutkan dan menjelaskan komponen proses belajar-mengajar dan hubungan<br /> antara komponen-komponen tersebut<br /><br /><br /> BAB II<br /> PEMBAHASAN<br /><br />I. Pengertian Proses Belajar-Mengajar<br />Winataputra, dkk (2007: 1.18-1.1), Proses belajar-mengajar merupakan salah satu bagian dari proses pembelajaran. Istilah proses belajar-mengajar dikenal sebelum dipopulerkannya proses pembelajaran. Proses pembelajaran dipilih sebagai istilah yang menunjukkan kegiatan guru dan siswa sebagai pengganti istilah proses belajar-mengajar. Istilah pembelajaran dipopulerkan karena pembelajaran lebih tepat dipakai sebagai istilah terjadinya kegiatan belajar, karena kegiatan belajar tidak hanya terjadi di sekolah tetapi di dalam kehidupan di luar sekolah dan kegiatan belajar belum tentu timbul karena adanya kegaitan mengajar. Winataputra, dkk (2007: 1.5) Banyak istilah/pepatah berkaitan dengan kegiatan belajar contohnya, Iqra bismirobbika ladzi kholag (bacalah alam semesta atas nama tuhanmu), Belajarlah sampai ke negeri cina sekalipun ( Belajarlah tentang apa saja, siapa saja, dan dimana saja) Bend the willow when it is young ( didiklah anak selagi masih muda). Semua pepatah itu bertujuan untuk membangkitkan semangat belajar yang mengacu dalam usaha mencapai harkat hidup yang lebih tinggi. Dan hal tersebut berkaitan erat dengan tujuan pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar yang mengacu pada tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.<br />Winataputra, dkk (2007: 1.18) Proses belajar-mengajar lebih mengacu pada kegiatan pendidikan di sekolah sebagian besar di kelas dan lingkungan sekolah, yang dikenal sebagai suatu proses pembelajaran dalam konteks pendidikan formal. Winataputra, dkk (2007: 1.20 Konsep pembelajaran seperti hal tersebut dirumuskan dalam Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sikdiknas, yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar, dan lingkungan belajar.<br />Lussy (www.lussy.blogspot/Inovasi Model dan Evaluasi Pembelajaran) Pengajar, desain pembelajaran, dan peserta didik adalah 3 (tiga) hal yang selalu disebut saat kita ingin berbicara tentang proses pembelajaran. Mengapa demikian ? karena sesungguhnya 3 (tiga) hal tersebutlah yang menjadi motor dalam pergerakan sebuah roda pembelajaran. <br /> Dari pengertian di atas, kita mengetahui bahwa ciri utama proses belajar-mengajar (pembelajaran) adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Ini menunjukkan adanya unsur kesengajaan dari pihak luar individu yang melakukan proses belajar, dalam hal ini pendidik secara perorangan atau secara kolektif dalam suatu sistem, merupakan ciri utama dari pembelajaran. Selain itu, ciri lainnya adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan. Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan pendidik, siswa lainnya, media, dan sumber belajar. Artinya dalam pembelajaran terdapat hubungan yang keterkaitan antara komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari guru, siswa, tujuan, materi, Kegiatan (pendekatan mengajar, metode, materi, media) dan evaluasi.<br />Hermawan, dkk (2008: 9.6) Secara visual konsep dasar kegiatan belajar-mengajar dapat <br />digambarkan sebagai berikut:<br /><br />II. Komponen-komponen Proses Belajar-Mengajar<br />Komponen-komponen proses pembelajaran antara lain yaitu:<br />1. Tujuan Pembelajaran<br />Hermawan (2008: 9.4) Tujuan pembelajaran merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak pada diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Hermawan (2008: 1.17. Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas terhadap pemilihan materi/bahan ajar, strategi, media, dan evaluasi. Berkaitan dengan tujuan pembelajaran terjadi pertentangan pendapat tentang tujuan pembelajaran, ada sebagian ahli menyatakan tujuan pembelajaran merupakan proses dan sebagian menyatakan tujuan haruslah menggambarkan hasil belajar bukan prosesnya. Terlepas dari pertentangan pendapat bahwa tujuan sebagai proses atau tidak, tujuan pembelajaran tidak dapat melepaskan diri dari tuntunan dan kebutuhan masyarakat, serta didasari atas falsafah dan ideologi suatu negara. Hal ini dapat dimengerti sebab upaya pendidikan itu sendiri merupakan subsistem dalam sistem masyarakat dan negara sehingga kekuatan-kekuatan sosial, politik,budaya. Ekonomi sangat berperan dalam penentuan tuajuan pembelajaran terutama tujuan pendidikan yang sifatnya lebih umum.<br /> Menurut Bloom, dkk. Tujuan pembelajaran (proses belajar-mengajar) dapat dipilah menjadi tujuan yang bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), psikomotorik (ketrampilan). Derajat pencapaian tujuan ini merupakan indikator kualitas pencapaian tujuan dan hasil perbuatan belajar siswa. Tujuan merupakan fokus utama dari kegiatan belajar-mengajar.<br />2. Guru<br />Winataputra (2007: 1.20. Menurut pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan istilah lainnya yang sesuai dengan kekhususannya yang juga berperan dalam pendidikan.<br />Hermawan, dkk (2008: 9.4) Guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar dapat mencapai tujuan secara optimal. Untuk guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai diseminator, informator, transmitter, transformator, organizer, fasilitator, motivator, dan evaluator bagi terciptanya proses pembelajaran siswa yang dinamis dan inovatif.<br />Pembelajaran pada haikatnya adalah proses sebab-akibat. Guru sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses pembelajaran siswa, meskipun tidak semua belajar siswa merupakan akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figur sentral harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan efesien. Guru hendaknya dalam mengajar harus memperhatikan kesiapan, tingkat kematangan, dan cara belajar siswa.<br />Kiranawati, wijianta@gmail.com. Peran Guru dalam proses belajar mengajar :<br />• memperhatikan dan bersikap positif;<br />• mempersiapkan baik isi materi pelajaran maupun praktek pembelajarannya;<br />• memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswanya;<br />• memiliki sensitivitas dan sadar akan adanya hubungan antara guru, siswa, serta<br /> tugas masing-masing;<br />• konsisten dan memberikan umpan balik positif kepada siswa.<br />3. Siswa<br />Lussy (www.lussy.blogspot) Peserta didik adalah semua individu yang menjadi audiens dalam suatu lingkup pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta didik ini mengikuti skup/ruang lingkup dimana pembelajaran dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, mahasiswa untuk jenjang pendidikan tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat. Peserta didik adalah masukan mentah (raw input) dalam sebuah proses pembelajaran yang harus dithreat agar output dan outcomesnya sesuai dengan yang dicanangkan institusi (khususnya) dan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya. <br />Hermawan, dkk (2008: 9.4). Siswa sebagai peserta didik merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran. Keberhasilan pencapaian tujuan banyak tergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan siswa. Harryanto (1997:http://one.indoskripsi.com) Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the teaching and learning process, so they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.”<br />Udin S. Winataputra (2007: 1.20, Teori Belajar dan Pembelajaran). Menurut Pasal 1 butir 4 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang trsedia pada jalur, jenjang dan pendidikan tertentu. Siswa atau peserta didik merupakan subyek utama dalam pembelajaran dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebagai acuan kegiatan belajar-mengajar.<br />Kiranawati, wijianta@gmail.com. Peran Siswa dalam pembelajaran, antara lain:<br />• tertarik pada topik yang sedang dibahas; <br />• dapat melihat relevansi topik yang sedang dibahas; <br />• merasa aman dalam lingkungan sekolah; <br />• terlibat dalam pengambilan keputusan belajarnya; <br />• memiliki motivasi; <br />• melihat hubungan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pengalaman<br /> belajar yang akan dicapai. <br />4. Kegiatan Pembelajaran<br />Winataputra (2007: 1.2) Kegiatan Pembelajaran pada dasarnya mengacu pada Pendekatan Mengajar, Metode, Materi, Media.<br />a). Pendekatan Mengajar<br />Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Hermawan, dkk (2008: 1.23) Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pembelajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien.<br />Wina Senjaya (2008) (Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”<br />Tinggi rendahnya kadar aktivitas belajar siswa banyak dipengaruhi oleh strategi atau pendekatan mengajar yang digunakan. Banyak pendapat mengenai berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam penyampaian materi/bahan ajar. Richard Anderson (Sudjana, 1990) dalam Hermawan, dkk, 2008 mengajukan dua pendekatan, yaitu:<br />o Pendekatan berorientasi pada guru (teacher centered), Tipe Otokratis<br />Pendekatan ini biasa disebut sebagai model ekspositori atau model Informasi karena guru lebih dominan.<br />o Pendekatan berorientasi pada siswa (student centered), Tipe demokratis. Pendekatan ini biasa disebut model Inquiry atau Problem solving karena kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa dan siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.<br />Pemilihan strategi atau pendekatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan mempertimbangkan hakikat tujuan, materi/bahan ajar, dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa. <br />b). Metode<br />Akhmad Sudrajat (http://www.psb-psma.org). Metode adalah “a way in achieving something” ” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Asep Herry Hermawan, dkk (2008: 11.11-11.13, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran). Metode pembelajaran adalah cara dalam menyajikan (menguraikan materi, memberi contoh dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu sebagai seorang guru haruslah mampu memilih metode yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ada berbagai metode pembelajaran, yaitu metode diskusi, metode ceramah, metode demonstrasi, metode studi mandiri, metode simulasi, metode latihan dengan teman, metode studi kasus, metode proyek, metode praktikum. Dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan lebih dari satu metode, maksudnya dapat digunakan variasi metode dalam pembelajaran.<br /><br /><br /><br />Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan metode, antara lain:<br />1. Tujuan Khusus Pembelajaran<br />2. Karakteristik Materi Pelajaran<br />3. Kemampuan Guru<br />4. Fasilitas yang tersedia<br />c). Materi Pembelajaran<br /> Winataputra (2007: 1.2) Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka membangun proses belajar,antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Materi sebagai sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa begian antara lain sumber belajar cetak/tertulis, terekan, tersiar jaringan, dan lingkungan (alam, budaya, sosial, spiritual). <br />Hermawan (2008: 1.2) Materi merupakan komponen terpenting kedua dalam pembelajaran yang menentukan tercapainya suatu tujuan dalam pembelajaran. Materi pembelajaran dapat meliputi fakta-fakta, observasi, data, persepsi, pengindraan, pemecahan masalah, yang berasal dari pikiran manusia dan pengalaman yang diatur dan diorganisasikan dalam bentuk berupa fakta-fakta, gagasan (ideas), konsep (concept), generalisasi (generalitation), prinsip-prinsip (principles), dan pemecahan masalah ( solution). <br />d). Media<br /> Winataputra (2007: 11.19) Secara harfiah media disebut medium atau perantara. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi media diartikan sebagai wahana penyalur pesan pembelajaran. Pengelompokan media pembelajaran dapat dipilah menjadi tiga bagian, antara laian:<br /> Media Visual<br /> Media Audio<br /> Media Audio Visual<br /><br />Fungsi media pembelajaran antara lain sebagai berikut:<br /> Mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi<br />Kegunaan media dalam mengatasi hambatan proses komunikasi antara lain untuk mengatasi verbalisme (ketergantungan untuk menggunakan kata-kata lisan dalam memberikan penjelasan), dengan penggunaan media kata-kata abstrak dalam penjelasan dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan seperti pepatah a picture worht a thousand words (satu gambar mewakili seribu kata.<br /> Sikap pasif siswa dalam belajar<br />Penggunaan media pembelajaran mempunyai banyak kegunaan dalam kegiatan pembelajarn yang berkaitan dengan siswa, antara lain menimbulkan kegairahan belajar, menfokuskan/menari perhatian siswa, memberikan perangsang yang sama untuk setiap pengalaman, memberikan gambaran nyata tentang materi yang dijelaskan, dan menimbulkan persepsi yang sama.<br /> Mengatasi keterbatasan fisik kelas<br />Dengan penggunaan media dapat membantu guru dalam penjelasan berkaitan dengan obyek yang dijelaskan, antara lain kegunaan untuk memperkecil obyek yang terlalu besar, memperbesar obyek yang terlalu kecil, menyederhanakan obyek yang terlalu rumit, dan menggambarkan obyek yang terlalu luas.<br />Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan media, antara lain:<br />o Tujuan pembelajaran<br />o Situasi belajar<br />o Kemudahan<br />o Ekonomis<br />o Fleksibilitas<br />o Kepraktisan dan keasederhanaan<br />o Kemampuan guru<br /><br />5. Evaluasi<br />Komponen evaluasi ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik (feedback) untuk melaksanakan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang digunakan, pemilihan media, pendekatan pengajaran, dan metode dalam pembelajaran. <br />Mustikasari, (http://edu-articles.com ). Dalam Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar proses dinyatakan bahwa evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan poses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:<br />• Membandingkan poses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses<br />• Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru<br />Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran, assessment dan evaluasi. <br />a. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran ini, antara lain adalahsebagai berikut: <br />1). tujuan pengukuran, <br />2). ada objek ukur, <br />3). alat ukur <br />4). proses pengukuran, <br />5). hasil pengukuran kuantitatif. <br /><br />b. asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.<br />c. evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggeris evaluation yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari sisi terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:<br />1. Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.<br />2. Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.<br />3. Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasilpengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. <br />Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap pertanyaan “what value” untuk evaluasi dan “how much” untuk pengukuran. Adapun asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen ataupun evaluasi lebih dahulu dilakukan pengukuran. Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan dan memisahkan batasan antara ketiganya, dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment). Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:<br />(1) perencanaan, <br />(2) pengumpulan data, <br />(3) verifikasi data, <br />(4) analisis data, dan <br />(5) interpretasi data. <br /><br /><br />Prinsip-prinsip penilaian antara lain sebagai berikut:<br />1) Valid<br />Ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka data yang masuk salah sehingga kesimpulan yang ditarik juga besar kemungkinan menjadi salah.<br />2) Mendidik<br />Penilaian dilakukan untuk memotivasi siswa yang berhasil (positive reinforcement) dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil (negative reinforcement), sehingga keberhasilan dan kegagalan siswa harus tetap diapresiasi dalam penilaian.<br />3) Berorientasi pada kompetensi<br />Penilaian harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan/nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah. <br />4) Adil dan obyektif<br />Penilaian harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektivitas siswa, tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, karena merasa dianaktirikan.<br /><br />5) Terbuka<br />Penilaian hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan (stakeholders) baik langsung maupun tidak langsung, sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.<br />6) Berkesinambungan<br />Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian.<br />7) Menyeluruh<br />Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.<br />8) Bermakna<br />Penilaian diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, Penilaian hendaknya mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.<br /><br />A. Tujuan dan Fungsi Evaluasi<br />Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut:<br />1).Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.<br />2).Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.<br />3).Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya. <br />4).Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.<br />Selain tujuan di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi, penempatan, dan diagnostik,guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Penjelasan dari setiap fungsi tersebut adalah:<br />a).Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan kriteria tertentu.<br />b).Fungsi Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. <br />c).Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.<br /><br />B. Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar<br />Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacam-macam, seperti kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan nontes. Khusus untuk evaluasi hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes. <br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Hermawan, A.H dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka <br />Winataputra, Udin.S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka<br />Lussy. 28 September 2009. Model dan Evaluasi Pembelajaran. www.lussy.blogspot.<br />Sudrajat, akhmad. 28 September 2009. Pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran. http://www.psb-psma.org.<br />Mustikasari, Ardiani. 28 September 2009. Evaluasi-proses-pembelajaran. http://eduarticles.com.<br />Haryanto. 28 September 2009. Komponen-komponen Pembelajaran. http://one.indoskripsi.com.<br />Kiranawati. 28 September 2009. Komponen Pembelajaran. wijianta@gmail.comirma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8736329942133997621.post-28707522800896018112009-12-02T16:49:00.000-08:002009-12-02T16:56:38.135-08:00BAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />A. Latar Belakang<br />Mengapa guru perlu mengembangkan Bahan Ajar?<br />karena Guru harus memiliki atau menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan :<br /> kurikulum,<br /> karakteristik sasaran,<br /> tuntutan pemecahan masalah belajar.<br />Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). Perolehan bahan ajar seharusnya tidak hanya didapatkan dari satu sumber saja karena dengan diperolehnya bahan ajar hanya dari satu sumber tidak akan dapat memaksimalkan hasil belajar. Siswa tidak akan mendapatkan ilmu lebih, mereka hanya menghafal sebuah ilmu dan akan melupakannya. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan bahan ajar yang seharusnya dapat ditemukan oleh guru dari berbagai sumber atau bahkan dari siswa itu sendiri. Pengembangan bahan ajar yang tidak hanya terpaku pada satu sumber bahan ajar guru dapat mengembangkan kecerdasan siswa dan dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi siswa.<br />Guru sebagai pengembang bahan ajar hendaknya mengetahui tentang apa dan bagaimana bahan ajar itu, sehingga guru dapat mengembangkan bahan ajar. Oleh karena itu, pada makalah ini kami mengbahas tentang pengembangan bahan ajar supaya dapat menjadi panduan pengetahuan mahasiswa calon guru untuk menghadapi tugasnya kelak sebagai guru dan pengembang bahan ajar.<br /><br /><br />B. Rumusan Masalah<br />Berdasarkan latar belakang masalah yang ada diperoleh rumusan masalah antara lain sebagai berikut:<br />1. Apa yang dimaksud dengan bahan ajar?<br />a) Apa pengertian bahan ajar?<br />b) Apa saja jenis-jenis bahan ajar?<br />c) Apa saja bentuk-bentuk bahan ajar?<br />d) Bagaimana Kriteria Bahan Ajar yang Baik?<br />2. Apa tujuan dan manfaat pengembangan bahan ajar?<br />3. Bagaimana pengembangan bahan ajar?<br />a) Apa saja prinsip pemilihan bahan ajar?<br />b) Bagaimana langkah-langkah memilih bahan ajar?<br />c) Bagaimana penyusunan bahan ajar?<br />4. Bagaimana menentukan cakupan dan urutan bahan ajar?<br />5. Apa saja komponen-komponen model bahan ajar?<br />6. Apa aspek-aspek yang ada dalam bahan ajar?<br />7. Apa yang dimaksud dengan sumber bahan ajar?<br />8. Bagaimana strategi dalam memanfaatkan bahan ajar?<br />a) Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru<br />b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa<br />C. Tujuan<br />Berdasarkan rumusan masalah diatas diperoleh tujuan antara lain sebagai berikut:<br />1. Mahasiswa mampu memahami tentang apa itu bahan ajar?<br />2. Mahasiswa mampu memahami tentang apa tujuan dan manfaat pengembangan bahan ajar?<br />3. Mahasiswa mampu memahami tentang pemilihan bahan ajar<br />4. Mahasiswa mampu menyusun bahan ajar<br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br /><br /><br />I. Bahan Ajar<br />A. Pengertian Bahan Ajar (instructional materials)<br />Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training) dalam Bintek KTSP 2009 (2009: http://bandono.web). Dengan kata lain, Bahan ajar merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode4, batasan-Batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Bahan ajar akan mengurangi beban guru dalam menyajikan materi (tatap muka), sehingga dosen lebih banyak waktu untuk membimbing dan membantu peserta didik dalam proses pembelajaran. <br />Wahidin (2008: http://makalahkumakalahmu.wordpress.com) menyatakan bahwamateri pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. <br />Banyak orang menganggap bahwa bahan ajar sama dengan buku teks, padahal keduanya adalah dua hal yang berbeda. Bahan ajar berbeda dengan buku teks. <br /><br /><br />PERBEDAAN BUKU TEKS DAN BAHAN AJAR<br />No Buku Teks Bahan Ajar<br />1 Buku teks merupakan sumber informasi yang disusun dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam KBM. <br />2 Mengasumsikan minat dari pembaca Menimbulkan minat dari pembaca<br />3 Ditulis terutama untuk digunakan guru Ditulis dan dirancang untuk digunakan peserta didik<br />4 Belum tentu menjelaskan tujuan pembelajaran Menjelaskan tujuan pembelajaran<br />5 Disusun Secara Linear Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel<br />6 Struktur berdasarkan logika ilmu (content) Struktur berdasarkan kebutuhan peserta didik dan kompetensi yg akan dicapai<br />7 Belum tentu memberikan latihan Berfokus pada pemberian kesempatan bagi peserta dididk untuk berlatih untuk berlatih<br />8 Tidak menantisipasi kesukaran belajar peserta didik Mengakomodasi kesukaran belajar peserta didik<br />9 Belum tentu memberikan rangkuman Selalu memberikan rangkuman<br />10 Gaya penulisan (bahasanya) Naratif Gaya penulisan komunikatif dan semi formal<br />11 Sangat Padat Kepadatan berdasarkan kebutuhan<br />12 Dikemas untuk dijual secara umum, dirancang untuk dipasarkan secara bebas Dikemas untuk digunakan dlam proses ppembelajaran<br />13 Tidak mempunyai mekanisme untuk umpan balik Mempunyai mekanisme untuk umpan bali dari peserta didik<br />14 Tidak memberikan saran-saran cara mempelajari buku tsb Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar<br />Tabel 1.1.1. Perbedaan Buku Teks dan Bahan Ajar<br /><br /><br />MODEL BAHAN AJAR<br /><br /><br /><br /> <br /><br />Bagan 1.1.1. Model Bahan Ajar<br /> Tujuan Pengajaran Prosedur Pengajaran Evaluasi<br /><br /><br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Bagan 1.1.2. Kedudukan Materi Pengajaran dalam Sistem Instruksional<br /><br /><br />B. Jenis-jenis Bahan Ajar<br />Jenis-jenis bahan ajar meliputi:<br />a. Lembar informasi (information sheet)<br />b. Operation sheet<br />c. Jobsheet<br />d. Worksheet<br />Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.<br /> Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis<br />e. Handout, merupakan bahan tertulis yang siapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik<br />f. Modul, merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:<br />• Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)<br />• Kompetensi yang akan dicapai<br />• Content atau isi materi<br />• Informasi pendukung<br />• Latihan-latihan<br />• Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)<br />• Evaluasi<br />• Balikan terhadap hasil evaluasi<br />Furgon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Format atau bentuk bahan ajar yang sesuai untuk pembelajaran kompetensi dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) adalah modul yang bersifat fleksibel. Dalam hal ini, bahan ajar untuk suatu kompetensi tertentu dikemas dalam format modul yang fleksibel. Pengemasan bahan ajar kedalam format modul bukan berarti mengarah pada pembelajaran individual yang menghilangkan pesan guru, tetapi justru mengarahkan dan lebih mengefektifkan peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran.<br />Bahan ajar berbentuk modul setidaknya terdiri atas tujuh komponen, yaitu:<br />1. Tujuan pembelajaran/pelatihan<br />2. Lembar evaluasi<br />3. kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas<br />4. Lembaran kegiatan siswa, yang berisi substansi kompetensi yang akan dipelajari/diantarkan<br />5. Lembaran kerja siswa<br />6. Kunci lembar kerja<br />7. Pedoman bagi guru<br />Bahan ajar dalam bentuk modul dibedakan menjadi dua jenis, yaitu modul inti dan modul pengayaan. Modul inti berisi substansi pembelajaran kompetensi minimal yang harus dikuasai oleh siswa, sedangkan modul pengayaan berisi substansi yang bersifat memperluas dan memperdalam kompetensi yang ada pada modul intii<br />C. Bentuk-Bentuk Bahan Ajar<br />Bondono (2009: http://bandono.web.id ) Bentuk Bahan Ajar terdiri dari:<br />• Bahan cetak (Printed)<br />Sapta (2009: http://andy-sapta.blogspot.com) Bahan ajar cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:<br />a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari<br />b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit<br />c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah<br />d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu<br />e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja<br />f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa<br />g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar<br />h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri<br />Bandono (2009: http://bandono.web.id) Penyusunan Bahan Ajar Cetak memperhatikan hal-hal sebagai berikut:<br />1. Susunan tampilan<br />2. Bahasa yang mudah<br />3. Menguji pemahaman<br />4. Stimulan<br />5. Kemudahan dibaca<br />6. Materi instruksional<br />Bahan cetak terdiri dari hand out, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart<br />• Audio Visual seperti: video/film,VCD<br />• Audio seperti: radio, kaset, CD audio, PH<br />• Visual: foto, gambar, model/maket. <br />• Multi Media: CD interaktif, computer Based, Internet<br /><br />D. Kriteria Bahan Ajar yang Baik<br /> Bahan ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang berkualitas. Bahan ajar yang berkualitas dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, karena siswa mengkonsumsi bahan ajar yang berkualitas. Menurut Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Bahan ajar yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:<br />1. Substansi yang dibahas harus mencakup sosok tubuh dari kompetensi atau sub kompetensi yang relevan dengan profil kemampuan tamatan.<br />2. Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual, meliputi konsep fakta, prosedur, istilah dan notasi serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaan kompetensi.<br />3. Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan bahasa maupun substansi harus sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajaran.<br />4. Sistematika penyusunan bahan ajar harus jelas, runtut, lengkap dan mudah dipahami.<br /> Anonim (2009: http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) Dalam pengembangan bahan ajar, maka bahan ajar harus memiliki beberapa kriteria sebagai berikut.<br />a) bahan ajar harus relevan dengan tujuan pembelajaran<br />b) bahan ajar harus seuai dengan taraf perkembangan anak;<br />c) bahan yang baik ialah bahan yang berguna bagi siswa baik sebagai perkembangan pengetahuannya dan keperluan bagi tugas kelak di lapangan<br />d) bahan itu harus menarik dan merangsang aktivitas siswa<br />e) bahan itu harus disusun secara sistematis, bertahap, dan berjenjang<br />f) bahan yang disampaikan kepada siswa harus menyeluruh, lengkap dan utuh.<br />E. Fungsi Bahan Ajar<br />Anonim (2009: http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) Fungsi bahan ajar adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar yang lakukan oleh guru dengan materi pembelajaran yang kontekstual agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara optimal. Menurut Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Bahan ajar berfungsi sebagai berikut:<br />1. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan/dilatihkan kepada siswanya.<br />2. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya.<br />3. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran<br />4. membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar<br />5. membantu siswa dalam proses belajar<br />6. sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pelajaran<br />7. untuk menciptakan lingkungan / suasana balajar yang kondusif<br />II. Tujuan, dan Manfaat Pengembangan Bahan Ajar<br />A. Tujuan Pengembangan Bahan Ajar<br />Bahan ajar disusun dengan tujuan antar lain sebagai berikut:<br />1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik<br />2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh<br />3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran<br />B. Manfaat Pengembangan Bahan Ajar<br /> Manfaat bagi guru antara lain sebagai berikut:<br />1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik<br />2) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh<br />3) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi<br />4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar<br />5) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya<br />6) Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.<br /> Manfaat bagi Peserta Didik antara lain sebagai berikut:<br />1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.<br />2) Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.<br />3) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya<br />III. Pengembangan Bahan Ajar<br /> Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc)<br />Kebijakan Pengembangan Bahan Ajar<br />1. Koordinasi pengembangan bahan ajar melalui proyek Kurikulum tahun 1996/1997 pada saat itu dilakukan bersama antara Kasi Kurikulum lingkup Dit.Dikmenjur. Hal tersebut mengacu pada uraian tugas dan fungsi Kasi Kurikulum berdasarkan keputusan Mendikbud No. 0222b/1980 dan perubahannya No. 08710/0/1983<br />2. Berdasarkan keputusan Menndikbud No. 049/0/1997 dan No. 309/0/1997 tanggal 29 Desember 1997 tentang perincian tugas subbagian dab seksi dilingkungan Dit. Dikmenjur, mulai saat tugas koordinasi pengadaan Bahan Ajar,menjadi lingkup tu- gas seksi Buku dan Bahan Pelajaran. Namun demikian Seksi Kurikulum pada Subdit PSG tetap terlibat dalam pengembangan Bahan Ajar. Karena menyangkut kurikulum dalam arti yang luas. Bahan Ajar adalah bagian dari Kurikulum.<br />Sebagai bahan gambaran berikut ini kami sampaikan tahapan pengembangan Bahan Ajar dan keterlibatan Seksi Kurikulum dan Seksi Buku dan Bahan Pelajaran sbb: <br />No. TAHAPAN/URAIAN KEGIATAN SEKSI<br />KURIKULUM SEKSI BUKU DAN BAHAN AJAR<br />1.<br /><br /><br />2.<br /><br />3.<br /><br />4.<br /><br />5.<br />6.<br /><br />7.<br /><br /> Penyusunan Kurikulum (Kompetensi dan sub Kompetensi Tamatan<br />Analisa kebutuhan Bahan Ajar berdasarkan Kurikulum (Kompetensi/ sub Kompetensi)<br />Penyusunan Peta kebutuhan Bahan Ajar<br />Penulisan<br />Pengadaan<br />Pendistribusian<br />Pendayagunaan v<br />v<br />v<br />-<br />-<br />-<br />- -<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />Admin (2007: http://mgmpips.wordpress.com) Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah dimaksud meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dsb. Masalah lain yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan. Ada kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku. Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Bukupun tidak harus satu macam dan tidak harus sering berganti seperti terjadi selama ini. Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar.<br />Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti tahun ganti buku. Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar untuk membantu guru agar mampu memilih materi pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan tepat. Dengan pemilihan bahan ajar yang berkualitas akan membantu dalam peningkatan kualitas hasil pembelajaran peserta didik. Ada sebuah pepatah berkaitan dengan tugas guru sebagai pengajar, pengembang kurikulum dan pengembang bahan ajar, yaitu:<br />Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat mencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup mereka” (Elaine B. Johnson).<br />Berdasarkan pepatah tersebut diperoleh pengetahuan hendaknya sebagai seorang guru dalam mengembangkan bahan ajar tidak hany mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik tetapi juga dari aspek afektif dan psikomotorik.<br />A. Prinsip Pemilihan Bahan Ajar<br />Sudrajat (2008: http://akhmadsudrajat.wordpress.com) Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi:<br />a) prinsip relevansi<br />Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.<br />b) Prinsip konsistensi<br />Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.<br />c) Kecukupan<br />Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.<br />B. Langkah-langkah Pemilihan Bahan Ajar<br />Sudrajad (2009: http://www.akhmadsudrajat.com) Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi :<br />1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. <br />Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi 3 jenis materi pembelajaran, yaitu: <br />a) Peta Pengetahuan, Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.<br />b) Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. <br />c) Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.<br />2. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. <br />a) Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya<br />b) Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.<br />3. Memilih sumber bahan ajar.<br />Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.<br />C. Langkah-langkah Penyusunan Bahan Ajar<br />a. Penyusun<br /> Didalam penyusunan bahan ajar diperlukan dua tim, yaitu:<br />1. Tim pengembang Kurikulum menjadi program-program pembelajaran<br />Tim ini terdiri dari para ahli dibidangnya, akademisi, praktisi, pengembang kurikulum dan desain pembelajaran, Widya Iswara (PPPG), serta guru bidang keahlian. Tim ini bersifat nasional untuk tiap-tiap program studi.<br />2. Tim penyusun bahan ajar<br />Tim ini terdiri dari para guru bidang keahlian, praktisi, Widya Iswara dan akademisi. Tim ini dapat dibentuk untuk tiap-tiap program studi disetiap sekolah atau kantor Depdiknas ditingkat Wilayah (Propinsi).<br />Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Sebagaimana disampaikan dimuka, bahan ajar dikembangkan berdasarkan pada rancangan pembelajaran/pelatihan yang mengacu pada profil kemampuan tamatan. Didalam rancangan pembelajaran, disusun sistematis tentang substansi kompetensi/sub-kompetensi, bahan, peralatan, tempat dan alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran. <br />b. Langkah-langkah penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut:<br />1. Pengembangan Kurikulum Menjadi Program-Program Pembelajaran<br />a) Mengembangkan profil kemampuan tamatan kurikulum SMK 1994 (Reformasi) tiap-tiap program studi kedalam kelompok-kelompok kompetensi atau sub kompetensi (a bundle of competence ) serumpun. Setiap ikatan kopetensi/sub-kompetensi tersebut secara terpisah dapat menunjukkan suatu penampilan kerja utuh ( kinerja ) atau kemampuan orang melakukan sesuatu.<br />b) Menjabatkan ikatan-ikatan kompetensi dan mengoperasionalkannya kedalam bentuk tujuan-tujuan pembelajaran. Mengingat sesuatu kompetensi/sub-kompetensi, terutama kompetensi teknis ( bukan kompetensi produktif atau manipulatif ) diharapakan bersifat standar, maka tujuan-tujuan pembelajaran pada suatu program studi secara nasional sama. Ikatan-ikatan kompetensi dan tujuan-tujuan pembelajaran selanjutnya akan menjadi acuan bagi pengembangan/ penyusunan bahan ajar.<br />2. Penyusunan Bahan Ajar<br />a) Tim penyusun mempelajari secara seksama tentang penjabaran pada ikatan-ikatan kompetensi seperti yang telah dikembangkan oleh tim nasional. Perlu dicermati setiap tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.<br />b) Tim penyusunan mengembangkan setiap ikatan kompetensi menjadi satu paket pembelajaran ( kelompok bahan pelajaran utuh ) yang selanjutnya dijabarkan kedalam beberapa bahan pelajaran. Penjabaran tersebut harus mempertimbangkan hirarki/keruntutan substansi, proses pembelajaran, saran dan prasarana yang tersedia.<br />c) Tim penyusunan mempelajari secara seksama tentang substansi yang akan disusun dalam bahan ajar. Dalam hal ini perlu dipelajari berbagai sumber acuan yang relevan, terutama buku-buku pegangan yang ada.<br />d) Apabila substansi yang diperolah belum memadai, maka tim penyusun perlu melakukan percobaan demonstrasi unjuk kerja tentang substansi kompetensi yang akan disusun. Misalnya, secara langsung melaksanakan atau mengamati seseorang yang sedang melakukan pekerjaan pengelasan logam ( kompetensi tertentu ). Dengan melakukan hal tersebut, maka tim akan memperoleh bahan yang lengkap tentang substansi pokok apa saja yang perlu disusun, bagaimana prosedurnya, pengetahuan pendukung apa yang diperlukan, alat dan bahan yang diperlukan, dan lain sebagainya.<br />e) Tim penyusun bahan ajar seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu: Tujuan pembelajaran/pelatihan, Lembar evaluasi, Kedudukan dan fungsi bahan ajar dalam kesatuan program yang lebih luas, Lembaran kerja siswa (yang berisi substansi yang disusunnya), kompetensi yang akan dipelajari/diajarkan, Lembaran kerja siswa, Kunci lembar kerja, Pedoman bagi guru.<br />f) Bahan ajar yang telah disusun perlu divalidasi, dimintakan masukan kepada pihak-pihak yang berkompeten terutama para ahli dan praktisi serta akademisi yang menguasai bidang keahlian tersebut. Satu hal yang juga perlu dilakukan adalah meminta masukan kepada ahli kurikulum dan desain instruksional, kaitannya dengan kelayakan dan pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan masukan-masukan tersebut, tim memperbaiki rancangan bahan ajar yang disusunnya.<br />g) Bahan yang telah disusun kemudian diuji cobakan pada kondisi proses pembelajaran yang sebenarnya dikelas/bengkel/lab. Dalam uji coba tersebut perlu diamati kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan yang ada pada modul.<br />h) Berdasarkan temuan-temuan pada uji coba pembelajaran pada kondisi sebenarnya, maka tim perlu memperbaiki dan menyempurnakan bahan ajar yang disusunnya.<br /> <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PROSES PENYUSUNAN BAHAN AJAR<br />Merumuskan Tujuan pembelajaran/standar kompetensi<br /><br />Melakukan Analisis Kebutuhan pembelajaran/kompetensi<br /><br />Menentukan Perilaku Awal Mahasiswa<br /><br />Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus/Kompetensi dasar<br /><br />Menyususn Rencana KBM/Strategi Pembelajaran<br /><br />Menyusun Kontrak Perkuliahan/Kesepakatan Belajar<br /><br />Menyusun/Menulis Bahan Ajar<br /><br />Review/Uji Lapangan<br /><br />Digunakan<br /><br /> Sumber: Suparman (Pannen: 1994) <br />dalam Anonim (2009: http://www.sosialisaiktsp.com) <br />Bagan 1.3.1. Proses Penyusunan Bahan Ajar<br /><br />Bandono (2009: http://bandono.web.id) Teknik Penyusunan Bahan Ajar (Analisis Bahan Ajar):<br />a. Analisis SK-KD-Indikator<br />b. Analisis Sumber Belajar<br />c. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar<br />ALUR ANALISIS PENYUSUNAN BAHAN AJAR<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Penyusunan Peta Bahan Ajar<br />(Contoh Mapel Biologi)<br />Materi Pembelajaran/Judul bahan Ajar<br /><br /> KD SK<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Tiga cara untuk penulisan bahan ajar antara lain sebagai berikut:<br />1. Menulis sendiri<br />2. Pengemasan kembali informasi<br />3. Penataan Informasi<br />Furqon (2009: http://www.tek-nologipendidikan.co.cc) Bahan ajar harus ditulis dengan bahasa yang baku, universal, jelas, sederhana, komunikatif dan mudah dipahami oleh pembelajar. Sebaiknya digunakan notasi-notasi dan istilah-istilah yang lazim dan banyak digunakan dilingkungan sekolah/dunia kerja. Untuk lebih memudahkan memahami substansi perlu dilengkapi dengan ilustrasi atau gambar-gambar yang secara visual dapat memberikan gambaran nyata tentang substansi yang dipelajarinya.<br />Aturan penulisan atau tata tulis bahan ajar hendaknya dibuat standar sehingga ada keseragaman. Untuk itu penyusunan bahan ajar hendaknya menggunakan tata tulis sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baku, dengan memperhatikan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).<br />D. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar<br />Sapta (2009: http://andy-sapta.blogspot.com) Prinsip pengembangan bahan ajar:<br />1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak<br />Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya.<br />2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman<br />Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan<br />3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik<br />Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja siswa.<br />4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar<br />Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.<br />5. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu<br />Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.<br />6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan<br />Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda.<br />IV. Langkah menentukan cangkupan dan Urutan Bahan Ajar<br />A. Menentukan Cakupan Bahan Ajar<br />Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran: <br />1. harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik<br />2. memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. <br />3. Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah cukup<br /><br />Anonim (2009: http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) Dalam sosialisasi KTSP Depdiknas bahan ajar mencakup:<br />1) judul, MP, SK, ICD, indikator, tempat<br />2) petunjuk belajar (petunjuk siswa / guru)<br />3) tujuan yang akan dicari<br />4) informasi pendukung<br />5) latihan-latihan<br />6) petunjuk kerja<br />7) penilaian.<br />B. Menentukan Urutan Bahan Ajar<br />Wahidin (2008: http://makalahkumakalahmu.wordpress.com) Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. <br />a. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video.<br />b. pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. <br />V. Komponen-Komponen Model Bahan Ajar<br /> Anonim (2009: http://pbsindonesia.fkip-uninus.org) Dalam KTSP 2008 menetapkan susunan bahan ajar dengan komponen-komponen sebagai berikut.<br /> Komponen kebahasaan mencakup:<br />1) keterbacaan<br />2) kejelasan informasi<br />3) kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar<br />4) pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien.<br /> Komponen penyajian mencakup:<br />1) kejelasan tujuan (indicator) yang ingin dicapai<br />2) urutan sajian<br />3) pemberian motivasi, daya tarik<br />4) interaksi (pemberian stimulus dan respons).<br /> Komponen kegrafikan mencakup:<br />1) penggunaan font, jenis, dan ukuran<br />2) lay out atau tata letak<br />3) ilustrasi, gambar, foto<br />4) desain tampilan.<br />VI. Aspek Bahan Ajar<br />Harjanto (2005: 220-221) Didalam materi pelajaran terdapat beberapa aspek yang terkandung didalmnya, antara lain:<br />1. Konsep adalah Suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian yang umum, misalnya sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui<br />2. Prinsip adalah suatu kjebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan suatu petunjuk untuk berbuat atau melaksanakan sesuatu<br />3. Fakta adalah sesuatu yang terjadi atau yang telah dikerjakan/dialami. Mungkin berupa hal, obyek atau keadaan. Jadi bukan sesuatu yang diinginkan atau pendapat atau teori. Contoh: Proklamasi Kemerdekaan RI adalah tanggal 17 Agustus 1945<br />4. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakn-gerakn perkembangan<br />5. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model<br />6. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik<br />VII. Sumber Bahan Ajar<br />Che (2008: http://www.candilaras.co.cc) Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: <br />(a) buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit . Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas<br />(b) laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir<br />(c) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya<br />(d) Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb<br />(e) Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan<br />(f) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi<br />(g) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran<br />(h) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi<br />(i) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi<br />(j) lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.<br />VIII. Strategi Pemanfaatan Bahan Ajar<br />Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu:<br />A. Strategi Penyampaian Bahan Ajar oleh Guru<br />Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya: <br />1. Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)<br />2. Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula<br />3. Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.)<br />4. Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes<br />5. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb<br />6. Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.<br />B. Strategi mempelajari Bahan Ajar oleh Siswa<br />Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :.<br />1. Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.<br />2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.<br />3. Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.<br />4. Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.<br /><br /><br />BAB III<br />PENUTUP<br /><br /><br />A. Kesimpulan<br />Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Tahapan pengembangan Bahan Ajar antara lain sebagai berikut:<br />No. TAHAPAN/URAIAN KEGIATAN SEKSI<br />KURIKULUM SEKSI BUKU DAN BAHAN AJAR<br />1.<br /><br /><br />2.<br /><br />3.<br /><br />4.<br /><br />5.<br />6.<br /><br />7.<br /><br /> Penyusunan Kurikulum (Kompetensi dan sub Kompetensi Tamatan<br />Analisa kebutuhan Bahan Ajar berdasarkan Kurikulum (Kompetensi/ sub Kompetensi)<br />Penyusunan Peta kebutuhan Bahan Ajar<br />Penulisan<br />Pengadaan<br />Pendistribusian<br />Pendayagunaan v<br />v<br />v<br />-<br />-<br />-<br />- -<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br />v<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Admin. 22 Oktober 2009. Prinsip Pemilihan Bahan Ajar. http://mgmpips.wordpress.com.<br />Admin. 28 November 2009. pedoman-memilih-menyusun-bahan-ajar. http://mgmpips.wordpress.com.<br />Anonim. 22 Oktober 2009. Penulisan Bahan Ajar. http://www.pengembangan-bahan-ajar.com.<br />Anonim. 28 November 2009. Perihal Bahan Ajar. http://pbsindonesia.fkip-uninus.org.<br />Anonim. 22 Oktober 2009. Pengembangan Bahan Ajar. http://www.psikotodologi.com. <br />Bandono. 22 Oktober 2009. Pengembangan Bahan Ajar. http://bandono.web.id.<br />Che. 27 November 2009. Pengembangan Bahan Ajar. http://www.candilaras.co.cc.<br />Furqon. 27 November 2009. Penyusunan Bahan Ajar.<br />http://www.teknologipendidikan.co.cc<br />Hamalik Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara<br />Harjanto. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Pt. Asdi Mahasatya.<br />Sapta, Andy. 22 Oktober 2009. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar. http://andy-sapta.blogspot.com.<br />Sapta, Andy. 22 Oktober 2009. Jenis Bahan Ajar. http://andy-sapta.blogspot.com. <br />Sudrajad, Akhmad. 22 Oktober 2009. Pengembangan Bahan Ajar.<br />Http://www.akmadsudrajad.com.irma web bloghttp://www.blogger.com/profile/00690977843878803735noreply@blogger.com0